Mohon tunggu...
Menspire Indonesia
Menspire Indonesia Mohon Tunggu... Editor - Gaya, Hiburan, Hubungan, dan Inspirasi

Menspire memberikan jawaban bagi kehidupan pria mulai dari cara mempresentasikan diri hingga sukses dalam karir dan hubungan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Move On yang Baik

23 November 2019   15:12 Diperbarui: 23 November 2019   15:15 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cara move on yang baik adalah hal yang digumuli semua orang yang baru saja putus. Putus dengan pacar merupakan pengalaman traumatis yang pernah dirasakan hampir semua orang, setidaknya sekali dalam hidup. Menanam harapan dan masa depan pada pasangan bisa sangat menyakitkan ketika putus, merampas tak hanya dirinya sebagai individu, tetapi juga semua harapan yang ditanam. Penelitian mengatakan rata-rata orang menghabiskan delapan belas bulan dalam hidupnya menggumuli hubungan yang gagal.

Pria pada umumnya memilih mengisolasikan diri dibanding menghadapi pergumulannya, entah itu karena faktor budaya maskulin di tempat dia tinggal, ataupun takut di hakimi oleh sesamanya, memang kesannya masalah dapat diselesaikan dengan waktu tetapi itu bukan cara move on yang efektif. Menspire memberikan tips-tips cara move on yang bisa membantumu melewati masa kelam tanpa merusak segi lain kehidupanmu.

Keluarkan semua perasaan

Emosi yang dirasakan setelah baru saja putus dengan pacar bisa berupa-rupa dan cenderung ke spektrum negatif. Semakin lama waktu yang dilalui bersama seseorang semakin dalam emosi yang dirasakan. Rasa sedih, penyesalan, melankoli, kecewa hingga ke amarah, takut, dan malu di dalam hubungan yang abusif. Merasakan emosi itu normal, jangan bungkam perasaannya, rasakan semua naik dan turun mood tersebut. Ketika sedih, menangislah, ketika marah rasakan amarahnya. Jangan biarkan perasaanmu ditekan karena akan membangun kepribadian yang apatis.

Berpikir realistis

Dalam infatuasi, seseorang dapat dibutakan dari realita, membangun imajinasi hubungan yang ideal dengan pasangannya. Hal ini dapat membahayakan karena ketika pasangan berpisah, dia tidak hanya berpisah dengan diri yang satunya lagi sebagai individu, tetapi juga semua fantasi yang telah menjadi fondasi hubungan mereka menambah faktor duka. Sering seseorang akan berharap bahwa pasangannya akan berubah suatu saat, lupakan itu karena kemungkinannya sangat kecil, evaluasi situasinya apa adanya baik kenangan yang indah Bersamanya dan juga hal-hal yang membuat kalian memutuskan untuk berpisah

Cari Sahabat Bicara

Ketika pasangan berpisah, seseorang memiliki tendensi untuk mengisolasikan diri, terlebih lagi pria. Berprasangka bahwa teman-temannya akan menghakiminya seseorang akan memilih untuk membungkam diri dibanding terbuka kepada sahabatnya. Kuncinya adalah mencari teman, keluarga, atau konselor yang terbuka, jujur, dan nyaman diajak berbicara biasanya orang-orang yang telah melewati apa yang kamu lewati. Ingatlah selalu ada orang yang bisa berempati dengan perasaanmu. Hindari mereka yang menguras tenagamu dengan menghujanimu dengan pengalaman buruk mereka, carilah mereka yang bisa membuatmu melihat sisi positifnya dan lebih ceria.

Memaafkan

Salah satu hal yang paling sering dipikirkan setelah putus adalah mengapa kita membiarkan diri kita disakiti oleh orang ini. Orang yang menyalahimu mungkin tidak akan memikirkannya dan membiarkan dirimu bergumul dengan hal tersebut dapat merusak dirimu sendiri. Hal yang paling sering di pikirkan kita adalah;

"Tak ada yang mencintaimu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun