Mohon tunggu...
Melvern16 Sebastian12
Melvern16 Sebastian12 Mohon Tunggu... pelajar

hobi saya memasak, menulis, dan bermain game

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tali Menambat Tubuh dan Kenangan

8 Agustus 2025   21:37 Diperbarui: 26 Agustus 2025   08:24 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gimbar bukan sekadar tali. Dalam kehidupan pedesaan, ia hadir sebagai pengikat tubuh hewan ternak, namun dalam diam, ia juga mengikat kenangan, kesetiaan, dan cerita yang tak lekang waktu.

Gimbar, dalam istilah peternakan tradisional, merujuk pada tali yang digunakan untuk mengikat leher hewan seperti kambing, sapi, atau anjing. Terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama, gimbar bukan hanya sekadar alat fungsional. Di banyak pedesaan di Indonesia, gimbar menjadi bagian dari keseharian yang begitu akrab—mengikat bukan hanya tubuh hewan, tetapi juga rutinitas manusia di sekitarnya.

Di sebuah desa yang dikelilingi perbukitan hijau, hidup seorang peternak tua bernama Pak Dirman. Ia hanya memiliki satu kambing, seekor jantan berwarna abu-abu tua yang ia beri nama Gumar. Setiap hari, Pak Dirman dan Gumar pergi ke ladang, membawa pupuk atau sekadar menikmati sejuk pagi. Gimbar tua yang menggantung di leher Gumar telah menemaninya sejak ia kecil, bahkan mungkin lebih tua dari si kambing sendiri. Setiap lilitan dan simpulnya seperti menyimpan jejak perjalanan hidup, dan Pak Dirman tak pernah berniat menggantinya.

Namun suatu pagi, desa itu kehilangan satu jiwa. Pak Dirman telah pergi—bukan ke sawah, bukan ke pasar, melainkan ke tempat yang tak bisa dijangkau oleh langkah kaki siapa pun. Gumar berdiri diam di depan rumah tuannya. Ia tidak beranjak. Gimbar itu masih tergantung di lehernya, lebih dari sekadar tali: kini ia menjadi lambang kesetiaan dan kehilangan.

Orang-orang desa mencoba memberi makan Gumar, bahkan mencoba mengganti tali itu dengan yang baru. Namun ia menolak. Setiap kali ada yang mendekat membawa tali lain, Gumar menggeleng, seolah berkata bahwa ia tidak rela kenangan itu diganti. Hari-hari berlalu, musim pun berganti, tetapi Gumar tetap bertahan dengan gimbar tua di lehernya.

Bagi sebagian orang, gimbar hanyalah tali yang usang dan bisa dibuang kapan saja. Tetapi bagi Gumar, ia adalah pengingat dari hubungan yang tak tergantikan—antara hewan dan manusia, antara kesetiaan dan pengabdian. Gimbar menjaga tubuhnya agar tidak lepas, sekaligus menjaga jiwanya agar tetap terikat pada kenangan bersama tuannya.

Gimbar dalam cerita Gumar adalah simbol sederhana yang menyimpan makna besar. Ia mengajarkan bahwa sesuatu yang terlihat sepele dalam keseharian bisa menyimpan nilai yang dalam.

Gimbar dalam cerita Gumar adalah simbol sederhana yang menyimpan makna besar. Ia mengajarkan bahwa sesuatu yang terlihat sepele dalam keseharian bisa menyimpan nilai yang dalam. Bahwa ikatan bukan hanya soal fungsi, melainkan juga soal rasa. Dan mungkin, di banyak desa yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk kota, gimbar masih menggantung, tidak hanya di leher hewan ternak, tetapi juga di hati orang-orang yang tak ingin melupakan masa lalu.

Pada akhirnya, gimbar bukan hanya tali yang menahan hewan agar tidak lepas, tetapi juga tali yang menahan kenangan agar tetap hidup. Ia mengikat bukan dengan kekuatan simpul, melainkan dengan kekuatan rasa—sebuah pengingat bahwa kesetiaan sejati tidak pernah benar-benar putus. Dalam setiap helai seratnya, ada doa yang terucap tanpa kata, ada kesetiaan yang tidak bisa ditukar, dan ada cerita yang terus berulang dalam ingatan. Gimbar mengajarkan bahwa benda paling sederhana bisa menjadi penopang makna hidup: menjaga ikatan, merawat kenangan, dan meneguhkan hati untuk tetap setia meski waktu terus berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun