Banyak orang mikir kalau sejarah teori ekonomi itu cuma bahan hafalan di buku kuliah. Padahal, kalau kita mau lihat lebih dekat, teori teori itu kayak cermin perjalanan manusia dalam ngatur hidup. Dari zaman klasik, orang udah mikir gimana cara produksi, jual beli, sampai keuntungan. Bedanya, dulu masalahnya mungkin soal panen gandum, sekarang soal krisis global.Â
Waktu ada krisis ekonomi, teori lama sering di ulik lagi. Misalnya, teori klasik percaya pasar bisa ngatur dirinya sendiri. Tapi pas krisis, muncul kritik: "Masa iya kita diam saja nunggu pasar sembuh?" Dari situlah lahir teori teori baru yang lebih realistis, Kayak peran pemerintah buat turun tangan. Jadi keliatan banget, teori ekonomi itu berkembang karena pengalaman nyata, bukan sekadar coretan di papan tulis.
Kalau di pikir, belajar sejarah teori ekonomi itu kayak belajar dari kesalahan dan keberhasilan orang dulu. Kita jadi tahu kenapa dulu ada depresi besar, kenapa krisis bisa terulang, dan apa yang bisa de cegah biar nggak jatuh ke lubang yang sama. Tanpa itu, kita mungkin bakal ngulangin kesalahan yang sama berkali-kali.
Selain itu, sejarah teori ekonomi juga ngajarin kita kalau nggak ada teori yang benar selamanya. Semua tergantung zaman, kondisi, dan masalah yang dihadapi. Jadi, bukan berarti teori lama basi, tapi lebih ke pondasi buat mikirin solusi baru.
Intinya, sejarah teori ekonomi itu penting karena kita bisa jadi kompas buat masa kini. Dari klasik sampai krisis, kita belajar bahwa ekonomi itu terus berubah, dan setiap teori lahir dari situasi nyata. Jadi, bukan cuma cerita lama, tapi pelajaran hidup yang masih relevan buat ngadepin tantangan sekarang dan ke depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI