Media sosial juga memainkan peran penting dalam memperkenalkan dan mendokumentasikan Grebeg Maulud kepada khalayak luas, terutama generasi muda. Video, foto, dan tulisan yang diunggah dapat menjadi bentuk promosi sekaligus dokumentasi sejarah digital yang akan terus hidup dari waktu ke waktu.Â
Perlukah Grebeg Maulud Dilestarikan?Â
Dalam menghadapi arus globalisasi, keberadaan tradisi seperti Grebeg Maulud semakin relevan sebagai penguat identitas budaya. Menurut pandangan penulis, tradisi ini tidak hanya layak untuk dilestarikan, tetapi juga perlu terus dikembangkan agar tetap kontekstual dan menarik bagi generasi muda. Pelestarian bisa dilakukan dengan cara dokumentasi digital, edukasi melalui platform daring, serta pelibatan aktif anak muda dalam penyelenggaraan. Namun substansi spiritual dan budayanya harus tetap dijaga agar tidak kehilangan makna aslinya. Tradisi ini juga bisa menjadi sarana dakwah kultural yang efektif. Ia tidak menggurui, namun memberikan pesan-pesan moral, religius, dan sosial dengan cara yang menyenangkan dan penuh makna. Jika Grebeg Maulud ditinggalkan, maka yang hilang bukan sekadar sebuah acara tahunan, melainkan nilai-nilai yang menjadi fondasi karakter masyarakat Yogyakarta.Â
Jadi, Grebeg Maulud adalah warisan budaya yang merekatkan nilai-nilai spiritual, sosial, dan nasionalisme dalam satu kesatuan. Dalam konteks kebangsaan, tradisi ini bukan hanya menjadi milik masyarakat Yogyakarta, tetapi juga milik bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, pelestarian dan adaptasi yang bijak menjadi kunci utama agar tradisi ini tetap hidup dan bermakna di tengah masyarakat modern.Â
Daftar Pustaka:
 * Pratisara, Devina. "Grebeg Maulud Yogyakarta sebagai Simbol Islam Kejawen dalam Perspektif Nilai Pancasila." Universitas Brawijaya.Â
* Mirawati, Tiwi. "Nilai-Nilai Islam dalam Tradisi Garebeg Mulud dan Implikasinya terhadap Masyarakat Keraton Yogyakarta." UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.Â
* Yusuf, Mundzirin. Makna dan Fungsi Gunungan Dalam Upacara Garebeg. Yogyakarta: katalog dalam terbitan, 2009.Â
* Soelarto, B. Garebeg di Kesultanan Yogyakarta. Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI