Kisah Hakim bin Hizam Tentang Harta dan Keberkahan
Oleh: Melinda Harumsah, S.E
Â
Hakim bin Hizam adalah salah satu sahabat Nabi yang terkenal dengan kedermawanannya. Ia lahir di Makkah sebelum kelahiran Rasulullah dan merupakan keponakan Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah. Sejak kecil, Hakim bin Hizam dikenal sebagai orang yang baik hati dan suka membantu orang lain. Namun, kisah hidupnya mengajarkan pelajaran berharga tentang rezeki dan keberkahan.
Sebelum masuk Islam, Hakim bin Hizam sudah terkenal sebagai orang yang suka memberi. Bahkan, ia pernah membeli 100 budak lalu membebaskan mereka demi kebaikan. Ia juga sering membantu orang-orang miskin dan mendanai berbagai kegiatan sosial di Makkah.
Namun, ketika Islam datang, ia awalnya ragu untuk masuk Islam karena mempertahankan tradisi nenek moyangnya. Baru setelah peristiwa Fathu Makkah (Penaklukan Kota Makkah), Hakim bin Hizam akhirnya menerima Islam dengan hati yang lapang.
Setelah masuk Islam, Hakim bin Hizam menghadapi situasi di mana ia merasa rezekinya tidak cukup. Ia pun datang kepada Rasulullah untuk meminta bagian dari harta rampasan perang. Rasulullah memberinya, tetapi ia kembali meminta lagi, dan Rasulullah tetap memberinya. Setelah beberapa kali, Rasulullah menasihatinya dengan sabda:
"Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini manis dan menggoda. Barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang lapang, maka ia akan mendapat keberkahan di dalamnya. Namun, barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang tamak, maka tidak akan ada keberkahan di dalamnya. Seperti orang yang makan tetapi tidak pernah kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah."
(HR. Bukhari dan Muslim)