Menjadi Hamba Allah Ta'ala. Bukan Menjadi Hamba Ramadhan
Oleh: Melinda Harumsah, S.E
Esensi Ramadhan bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tapi lebih dari itu---bulan ini adalah momentum untuk meningkatkan ketakwaan, introspeksi diri, serta memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama manusia.
Ramadhan bukan hanya sekadar ritual tahunan, tapi seharusnya menjadi titik perubahan menuju pribadi yang lebih baik. Refleksi Ramadhan bisa menjadi momen untuk mengevaluasi diri, sejauh mana kita telah menjalani bulan suci ini dengan sebaik-baiknya.
Ramadhan bisa diibaratkan sebagai ajang Olimpiade bagi para ahli taqwa---bulan di mana setiap orang berlomba-lomba dalam kebaikan dan meningkatkan kualitas spiritualnya. Seperti dalam sebuah kompetisi besar, Ramadhan memberikan tantangan, latihan, dan peluang emas untuk meraih kemenangan, yaitu derajat taqwa di sisi Allah.
Ramadhan bukan sekadar ritual tahunan, tetapi bulan latihan untuk menghadapi 11 bulan berikutnya. Seperti seorang atlet yang menjalani latihan intensif sebelum bertanding, kita dilatih secara spiritual, mental, dan sosial agar menjadi pribadi yang lebih baik setelah Ramadhan berlalu.
Apakah Latihan Kita Berhasil?
Tanda keberhasilan Ramadhan adalah ketika kita bisa mempertahankan kebiasaan baik setelahnya. Jika setelah Ramadhan kita kembali lalai, mungkin latihan kita belum maksimal.
Ramadhan adalah starting point untuk perubahan jangka panjang, bukan hanya sebulan penuh ibadah lalu kembali seperti semula. Jadi, yuk jadikan Ramadhan sebagai ajang pembentukan karakter untuk menjalani bulan-bulan berikutnya dengan lebih baik!