Mohon tunggu...
Melina
Melina Mohon Tunggu... Lainnya - Teknisi Pangan

Menulis untuk sharing, karena sharing is caring.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis Itu Ajaib, tapi Bukan Wangsit

12 April 2022   09:00 Diperbarui: 16 April 2022   22:00 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ide menulis. (sumber: pixabay.com/mohamed_hassan)

Siapa yang tidak ingin menjadi seorang penulis hebat dan mendapatkan 'cuan'? 

Menulis itu bukan seperti memperoleh wangsit yang entah dari mana asalnya. Meskipun tulisan itu hanyalah suatu fiksi. Terlebih lagi untuk non-fiksi, karena harus ada fakta yang mendasari tulisan tersebut.

Pekerjaan menulis itu tidak semudah yang terlihat. Orang yang pandai bersilat lidah sekali pun belum tentu bisa menjadi seorang penulis yang baik. 

Karena untuk membuat tulisan yang baik, selain berwawasan luas, penulis harus bisa memposisikan tulisannya agar menarik minat pembaca, mudah dipahami oleh pembaca, dan bisa meninggalkan kesan bagi pembacanya. 

Ibarat memasak, dalam prosesnya penulis harus menggodok ide-ide dan wawasan yang ia miliki, menambahkan bumbu fakta dan bumbu opini sebagai pemanis tulisan. 

Penulis perlu memiliki keterampilan dan kejelian dalam penggunaan diksi, seperti halnya setiap masakan masing-masing memiliki teknik memasaknya tersendiri.

Kemudian, sebelum dihidangkan, ada tahap 'plating'. Sebelum diterbitkan, tulisan harus disunting terlebih dahulu untuk memastikan tulisan yang terbit tampil sempurna, menarik, dan menggugah selera.

Tulisan itu bukanlah wangsit yang tiba-tiba diperoleh oleh penulis. Melainkan, merupakan hasil jerih payah dari ketekunan, dedikasi, dan kreatifitas penulis. 

Prosesnya membutuhkan waktu, ada yang cepat hanya beberapa menit saja, tapi ada pula yang menghabiskan waktu berjam-jam atau beberapa hari sebelum menerbitkan suatu karya.

Lalu, kenapa menulis itu "ajaib"?

Saya pernah membaca kutipan yang berbunyi demikian:

"Speak. There is power in our words, when we wholly believe what we're saying."

--- Oleh Gena Showalter, Alice in Zombieland.

Ini adalah salah satu kutipan favorit saya. 

Menulis. Sumber: Gramedia.com
Menulis. Sumber: Gramedia.com

Bagi saya, seorang yang tidak pandai berbicara, menulis adalah bentuk lain dari berbicara tersebut. Dan kekuatan dari tulisan ini menjadi berkali-kali lipat, karena tulisan dapat disimpan dan diwariskan hingga generasi penerus kita.

Sekalipun yang disajikan dalam tulisan adalah kumpulan fakta, hasil tulisan tetaplah suatu karya seni--seni merangkai kata-kata, sehingga nilai suatu tulisan yang sebenarnya tidaklah sama bagi setiap orang.

Menulis menjadi suatu yang ajaib karena hanya dengan menulis, secara tidak langsung kita telah melakukan banyak hal: kita belajar, berbagi ilmu, menggerakkan hati seseorang, membuat orang lain bahagia dan tertawa, serta terhubung dengan banyak orang.

Secara pribadi, awalnya saya menulis di Kompasiana untuk melatih diri agar lebih disiplin. "Menulis satu artikel perhari", begitu angan-angan saya kala itu. 

Namun, setelah dijalani, tidaklah mudah untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik, bermutu, berbobot. Sehingga saya sempat putus asa. Dan seperti saat ini, saya sedang memulai menulis kembali.

Untuk menjadi penulis yang hebat, sepertinya tidak ada rahasia selain terus menulis, menulis, dan menulis. Banyak membaca dan latihan menjadi kunci dasar dalam mengasah kemampuan menulis. Selanjutnya, apakah kemampuan kita sudah meningkat atau belum, bisa dilihat dari jumlah pembaca dan jumlah komentar sebagai perwakilan apakah tulisan yang kita buat dapat menyentuh pembaca.

Jadi, menjadi seorang penulis hebat untuk mendapatkan 'cuan' sebagai motivasi untuk menulis bukanlah pilihan yang salah. Hanya saja, motivasi itu bisa dibilang dangkal untuk membuahkan komitmen dan dedikasi untuk menghasilkan suatu karya.

Terima kasih telah membaca artikel ini. Semoga tulisannya menarik dan menghibur!

---

Tulisan ini saya tulis sebagai tanggapan untuk pertanyaan "Apa arti Menulis?" pada tulisan Pak I Ketut Suweca yang berjudul "Inilah Enam Pertanyaan Mendasar yang Wajib Dijawab Penulis!" 

Ini adalah jawaban saya, "Menulis itu Ajaib Tapi Bukan Wangsit" karena untuk membuat keajaiban itu butuh proses dan waktu. 

Manfaat yang paling saya rasakan ketika saya menulis di Kompasiana adalah saya jadi terbiasa untuk brainstorming, sehingga ide-ide untuk menulis jadi lebih cepat timbul. 

Selain itu, saya jadi punya lebih banyak materi untuk dibicarakan dengan teman dan keluarga setelah membaca artikel teman-teman Kompasianers.

---

Selamat beraktivitas dan jaga kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun