Begitu penting dan berharga menjadi seorang penulis, karena hanya sedikit orang yang mau memilih profesi seperti ini.
Ada yang menganggap remeh kegiatan menulis. Namun, mereka belum pernah merasakan nikmatnya hingga kecanduan menjadi penulis.
Menulis merupakan kegiatan yang mulia. Seolah bisa menemus dimensi ruang dan waktu. Jika melalui lisan, kita bisa menyampaikan ilmu hanya pada sebagian orang, tetapi lewat tulisan kita bisa menyampaikan ilmu kepada orang hingga tak terbatas jumlahnya.
Layaknya Imam Syafi'i yang telah menulis banyak karya, terutama tentang ilmu fikih. Mulai dari bab thaharah, hingga bab mendirikan sebuah negara, semuanya begitu kompleks.
Bila saja kita tidak mengetahui karya-karyanya, bagaimana mungkin kita bisa mengetahui tatacara ibadah dengan baik dan benar? Bahkan, hal kecil seperti mengetahui pakaian terkena najis dan cara menghilangkannya.
Bersyukurlah kalian yang memilih menjadi seorang penulis. Menulis dan berkarya bagaikan menciptakan umur kedua. Bila jasad kita berada dalam timbunan tanah, tetapi jejak pemikiran tetap abadi dikaji dan diemban banyak manusia. (Ammylia, 2020)
Bagi saya, orang yang hebat dalam ilmu retorika atau orang yang hebat dalam ilmu kepenulisan, tidak ada bedanya. Sebab, mereka saling melengkapi satu sama lain.
Tak jarang orang yang hebat dalam retotika, tetapi kurang dalam menghasilkan karya tulis. Sebaliknya, ada orang yang hebat dalam kepenulisan, tetapi memiliki penyakit demam panggung saat berhadapan dengan orang banyak.
Setiap orang punya kelebihan masing-masing. Sudah Allah tentukan kadar kemampuannya. Namun, jangan dijadikan alasan karena itu takdir dari Allah. Selama itu berada dalam ruang lingkup yang mampu dikendalikan oleh manusia, maka berusahalah mencari keahlian yang lain.
Setidaknya kita mempunyai kontribusi untuk menciptakan perubahan di tengah-tengah umat manusia. Maksimalkan kemampuan yang kita miliki demi mencapai perubahan hakiki.
Wallahu a'lam bishshawaab
Oleh : Meliana Chasanah