Lebih dari 10 panel relief Karmawibhangga menggambarkan penggunaan empat jenis alat musik, yaitu jenis idiophone (kentongan dan kerincingan), membraphone (gendang, kentingan), chardophone (alat musik dawai/senar petik dan gesek), dan jenis alat musik aerophone (alat musik tiup).
Beberapa  alat musik yang ada pada relief, saat ini masih bisa kita jumpai di tanah Jawa, seperti kendang dan seruling. Namun, terdapat pula beberapa bentuk alat musik dawai dan alat musik tiup, yang hari ini alat musik yang hampir sama bentuknya dengan yang ada di relief tersebut, malah hanya bisa kita temukan di Kalimantan, dimainkan oleh Suku Dayak. Cukup mengherankan. Â
(Oleh Bachtiar Djanan M. Pada japungnusantara.org.2021)
Alat musik negara lain di relief Borobudur yang pertama menyerupai bo. Secara umum, bo merupakan instrumen perkusi dari Tiongkok. Alat musik ini terdiri dari dua cakram bundar  yang umumnya saling berbenturan.  Sebagaimana dilansir Eason Music School, bo juga terbuat dari logam dan mulai populer sejak tahun 316-528 M.
Alat musik lain, salah satunya menyerupai alat musik tradisional Jepang bernama sho. Pada awalnya, sho dikenal di periode Nara dan terus populer sampai sekarang.
Sebenarnya, sho terdiri 17 pipa bambu yang disusun membentuk lingkaran. Orang-orang dapat memainkan sho dengan cara ditiup. Alat musik ini awalnya digunakan dalam gagaku atau musik istana. Sedangkan, secara simbolis sho dapat menggambarkan burung phoenix, yang mana sebagai simbol kelahiran.
Di atas adalah dua alat musik di luar negeri dan masih ada beberapa alat musik di dunia memiliki kemiripan dengan alat musik pada relief.
(Oleh Asri S. Pada kompasiana.com.2021)
Banyak ilmu yang bisa dipelajari dengan melihat relief Borobudur. Sound of Borobudur juga sebagai media untuk memperkenalkan kepada dunia bahwa Borobudur bukan hanya bangunan kuno yang melegenda. Borobudur sebagai pusat musik dunia bisa menjadi pusat riset dalam beberapa hal, termasuk dalam alat musik.