Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dinginnya

19 Januari 2021   10:12 Diperbarui: 19 Januari 2021   10:39 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Udara pagi ini memang berbeda dari biasanya. Setelah dua hari diguyur hujan deras, rumahku terasa begitu dinginnya. Aku menggigil saat menginjakkan kakiku ke ubin berkarpet tipis tanpa alas.  Aku berjalan menuju teras kecil nan mungil, yang dihiasi bermacam-macam tanaman. 

Betapa terkejutnya aku, ketika kudapati pemandangan menakutkan di sana. Kupandangi depan rumahku, jalanan sudah dipenuhi oleh air. Subhanallah, ternyata bukan hanya jalanan saja yang dipenuhi air, rumah tetanggaku pun penuh dengan air hujan. Hanya rumahku yang aman dari banjir semalam. Senyenyak apakah aku semalam hingga tidak terdengar kepanikan dari tetangga sebelah.

"Ih, bu Ina memang keterlaluan!" hardik tetangga sebelah, bu Marni.

"Iya nih. Masa' tidak peduli sama kita. Mentang saja rumahnya aman," tambah bu Somad sambil menguras air yang masuk ke rumahnya. Aku hanya diam karena apapun alasannya, mereka pasti tidak mau tahu.

Tanpa meminta izin, aku mengambil ember dan gayung lalu pergi ke rumah tetanggaku. Aku mencoba membantu sebisaku. Kumasukkan air ke ember lalu kubuang dari dalam rumah ke dalam saluran air. Setelah beberapa kali angkut, air sudah tidak lagi nampak di dalam rumah bu Marni.

Aku pindah ke rumah bu Somad, tepat di sebelah rumah bu Marni. Wajahnya terlihat asam saat melihatku.  Namun aku berusaha tersenyum kepadanya. Tanpa banyak bicara, aku membantu menguras air yang ada di ruang tamunya. Tangan dan kakiku memang terasa dingin, tetapi semangatku membantu begitu panas membara. Aku tidak peduli ucapan buruk yang mereka katakan tadi. Aku hanya ingin menjadi tetangga yang baik. Selebihnya, biarkan mereka sendiri yang menilai.

"Bu Ina, makasih ya. Nanti sore datang ke rumah ya!" teriak bu Marni dan bu Somad bersamaan. Aku tersenyum dan melenggang karena hari ini aku telah menenangkan kemarahanku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun