Pagi hari setelah mezbah keluarga, saya selalu mengingatkan anak-anak untuk membaca Alkitab. Namun sering kali, saya sendiri justru menunda. Alasannya sederhana: harus menyiapkan anak-anak berangkat sekolah, menyiapkan bekal, atau membereskan rumah. Saya berpikir, "Nanti saja setelah anak-anak pergi, baru saya baca firman."
Sayangnya, yang terjadi sering tidak sesuai rencana. Begitu anak-anak sudah berangkat, kesibukan lain langsung menumpuk. Saya pun bisa lupa, bahkan kebablasan seharian tanpa membuka Alkitab. Saat menyadari hal itu, hati saya ditegur. Ternyata saya telah memberi contoh yang kurang baik, karena apa yang saya tekankan pada anak-anak justru saya abaikan dalam hidup saya sendiri.
Firman Tuhan di Mazmur 119:105 berkata, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." Jika firman adalah pelita, bagaimana saya bisa berjalan benar kalau pagi hari saya menunda menyalakan pelita itu? Menunda berarti membiarkan diri saya berjalan dalam gelap, meski hanya sebentar.
Saya belajar bahwa menunda hal yang rohani adalah jebakan kecil yang bisa membuat kita kehilangan kekuatan besar. Lebih baik saya meluangkan waktu sejenak sebelum kesibukan mulai, meskipun hanya membaca beberapa ayat dan merenungkannya, daripada menunggu waktu yang "longgar" yang sering kali tidak pernah datang.
Hari ini saya mau belajar mengutamakan yang utama. Firman Tuhan harus menjadi yang pertama, bukan yang terakhir. Sebab saat saya setia menjadikan firman sebagai prioritas, saya sedang menuntun diri dan keluarga saya untuk berjalan dalam terang yang benar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI