batik Kube Kehati memanfaatkan keanekaragaman hayati sebagai inspirasi dalam menciptakan motif batik khas dengan pewarna yang berasal dari bahan alam, misalnya daun dan batang tanaman indigofera. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan alam dan keunikan Taman Nasional Meru Betiri kepada masyarakat luas melalui karya seni kain batik, dan mendukung kelestarian lingkungan dengan penggunaan bahan pewarna alami sebagai kontribusi pada pengembangan industri kreatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Desa Wonoasri yang terletak di Kabupaten Jember dikenal sebagai pintu gerbang termasuk menuju kekayaan alam dari Taman Nasional Meru Betiri. Masyarakat setempat yang tergabung dalam kelompokDalam mendukung proses produksi batik alami yang dilakukan oleh UMKM Kube Kehati di Desa Wonoasri, kelompok program mahasiswa berdesa atau yang sering dikenal dengan Promahadesa dari Universitas Jember turut berkontribusi dengan menyediakan inovasi alat pengaduk sekaligus ekstraktor guna meningkatkan efisiensi proses ekstraksi pewarna alami yang digunakan dalam pembuatan batik. Inovasi ini diharapkan dapat membantu masyarakat Desa Wonoasri, khususnya kelompok batik Kube Kehati dalam mengembangkan industri batik mereka secara berkelanjutan dan memperluas jangkauan pemasaran produk batik lokal.Â
Kegiatan ini dilakukan selama 3 bulan terhitung dari bulan Juni hingga Agustus. Rangkaian kegiatan diawali dengan studi literatur dan observasi lapangan, dimana Tim Promahadesa melakukan survei langsung ke lapangan, dan melakukan diskusi dengan pihak dari kelompok batik Kube Kehati terkait permasalahan di lapangan. Pihak kelompok batik Kube Kehati menuturkan bahwa terdapat kendala pada proses produksi pewarna alami, dimana proses produksinya masih menggunakan sistem pengadukan / ekstraksi manual yang memakan waktu lama dan menguras tenaga. Tim Promahadesa UNEJ di Desa Wonoasri akhirnya menawarkan solusi berupa pembuatan mesin ekstraksi yang dilengkapi dengan pengaduk untuk mempermudah proses ekstraksi dan meningkatkan efisiensi waktu produksi.Â
Pembuatan alat ekstraktor diawali dengan perancangan desain 3D, dilanjutkan dengan pembelian alat bahan dan perakitan. Alat ekstraktor yang telah dibuat kemudian dilakukan uji coba guna memastikan kinerja mesin sebelum diserahkan ke kelompok batik setempat. Setelah melalui tahap uji coba dan pengecekan performa mesin, dilakukan serah terima alat ekstraktor pada kelompok batik Kube Kehati. Peluncuran alat ekstraktor "SIMUPA" dan sosialisasi diselenggarakan pada hari Jum'at, 09 Agustus 2024, bertempat di rumah Bapak Rudi selaku anggota kelompok batik Kube Kehati. Acara peluncuran dan sosialisasi dihadiri oleh Kepala Desa Wonoasri, Ketua UMKM Kube Kehati, serta anggota dari UMKM Kube Kehati. Rangkaian acara dimulai dengan pengenalan alat ekstraktor, pembagian modul pemakaian dan perawatan alat, serta demonstrasi secara langsung mengenai prosedur penggunaan alat di depan peserta sosialisasi, disertai dengan penjelasan tata cara pembersihan dan perawatan alat.Â
Melalui program mahasiswa berdesa ini diharapkan meringankan beban kinerja produksi dari kelompok batik Kube Kehati, memaksimalkan produktivitas dari UMKM Batik setempat, dan mendukung keberlangsungan industri batik lokal dari pewarna alami secara keberlanjutan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H