Sudah beberapa tahun tinggal didaerah Lampung memberi sedikit pengetahuan bagiku terutama mengenai adat dan istiadat mereka. Menarik tentunya bila membahas adat istiadat sebuah suku. Jika kita bandingkan dengan yang lain akan terasa kotras tapi itulah justru pengayanya, itulah justru yang membuat budaya bangsa kita unik.
Beberapa hari yang lalu saya menanyakan kepada rekan saya tentang keberadaan istilah baru yang saya dengar, di tekep. Saya pertama mendapatkan ini dari pengajar saya ketika belajar tentang antropologi budaya. Orang yang saya tanyapun, yang notabenenya orang Lampung memberi saya sedikit gambaran tentang arti istilah tersebut. intisari yang ia berikanpun saya bagikan dirumah ini.
Peraturan itu pada dasarnya dibuat untuk dipatuhi bersama demi menjaga kerukunan. Oleh karena itu peraturan peraturan itu lazimnya ditulis sebagai pedoman dan acuan dalam bertindak dan memberi sangsi. tapi di sisi lain peraturan itu tidak melulu dituliskan tapi ada juga peraturan yang tak tertulis tapi diakui kelegalitasanya.Begitu juga dengan Di tekep ini.
Ternyata dalam budaya Lampung menculik anak gadis seseorang secara paksa bukanlah sebuah aktifitas yang melanggar hukum. Aktifitas ini dianggap menyalahi aturan bila orang yang menculik (pemuda) tak melakukan kaidah-kaidah yang seharusnya dilakukan setelah mengambil anak gadis seseorang. Tapi bila sang penculik memenuhi aturan dan prosedur yang ada dan diakui bersama oleh penatua adat maka penculikan itu dianggap sah sah saja.
Bagaimana aturan yang harus dilakukan setelah pemuda menekep (menculik) seorang gadis?
Sesaat setelah sang lelaki menculik si gadis (menculik saat si cewek berada diluar rumah), si lelaki tentunya akan membawa si gadis kerumahnya sendiri atau ketempat yang ia rasa aman. Kemudian si lelaki harus wajib menginformasikan perihal ini kepada penatua adatnya (punyimbang). Nah dari penatua adat ini akan ada keputusan yang harus dilakukan oleh keluarga pihak lelaki, yaitu dengan mengirimkan utusan kepihak gadis sebagai bentuk penyampaian informasi (ngattak pengundur senjata).
Ngattak pengundur senjata atau pengundur senjata atau ngattak salah adalah sebuah tindakan dari pihak lelaki dengan cara mengirim perwakilan kepada pihak wanita yang nantinya perwakilan itu akan menceritakan apa yang telah terjadi dengan si gadis. Perwakilan ini lazimnya membawa keris adat. Perwakilan ini tentunya akan menghadap penatua adat gadis bukan orang tua si gadis. Dari penatua si gadis inilah orang tua gadis akan mendapatkan informasi tentang keberadaan anak gadis mereka. Pemberitahuan yang diberikan oleh pihak lelaki tentunya harus tidak lebih dari satu hari atau 24 jam. Sudah jelas tentang keberadaan si gadis tak membuat urasan selesai. Belum masih ada.
Selanjutnya pihak mempelaki lelaki akan mengirimkan bahan-bahan makanan seperti kebutuhan sehari hari setelah acara pengundur senjata itu. Selanjutnya apabila pihak gadis sudah bisa menerima si bujang maka lagi-lagi kaum bujang harus mengunjungi penatua adat gadis untuk cakak ngumung (naik bicara) serta menyatakan permintaan maaf akan kejadian yang telah dilakukan oleh si lelaki. Disinilah momentum yang pas agar penyelesaian masalah ini bisa diselesaikan dengan baik dan tiba pada perkawinan.
Bila tak ada masalah yang terjadi, maka selanjutnya akan ada acara anjau mengiyan atau kunjungan calon mempelai pria dengan maksud untuk memperkenalkan diri pada pihak si gadis serta nyungkemi (sujud). Acara ini dilakukan ditempat para gadis dan tentunya mempelai pria akan ditemani oleh beberapa anggota keluarganya.
Setelah acara ini berlangsung, maka langkah selanjutnya yang akan dilaksanakan adalah pengadu rasan. Pengadu rasan adalah mengakhiri pekerjaan, maksudnya melaksanakan akad nikah dengan acara nyuwak mengan (mengundang makan). Disini pihak mempelai pria dan wanita akan duduk bersama para tamu yang menandakan bahwa acara perkawinan berlangsung dengan baik, rukun dan juga damai. Biasanya saat acara ini berlangsung pihak wanita akan menyampaikan sesan (barang bawaan) mempelai wanita yang jumlahnya sebanding dengan biaya pernikahan yang telah disiapkanoelh pihak pria.
Sekali lagi, memang terasa berbeda dengan budaya dan adat istiadat yang lain, tapi sekali lagi inilah yang menjadi keunikan bangsa kita, keragaman budaya. So marilah kita menjunjung tinggi adat istiadat kita masing masing tanpa melukai budaya yang berbeda dengan apa yang melekat pada kita.
Salam sayang,
Buku adat dan Budaya Lampung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI