Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Rumah Baca Jatibening Bekasi dalam Menguatkan Minat Baca Anak

6 Desember 2019   11:28 Diperbarui: 6 Desember 2019   11:55 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
seorang pengunjung Rumah Baca Jatibening Bekasi yang sedang mengisi lembar anggota (dokumentasi Rumah Baca Jatibening)

Setiap pengunjung Rumah Baca Jatibening memiliki lembar anggota yang berupa buku yang berisi daftar buku yang sedang atau sudah selesai mereka baca. Beliau memberikan rekomendasi bacaan pada anak-anak sesuai dengan jenjang kemampuan membaca mereka. Semakin mahir anak-anak itu membaca, mereka akan direkomendasikan buku-buku yang lebih banyak tulisannya, lebih kompleks ceritanya, atau mulai belajar membaca buku-buku nonfiksi yang berisi pengetahuan.

Ketika aku datang ke Rumah Baca Jatibening untuk pertama kalinya, aku melihat Bu Ina menegur seorang anak. Kurang lebih, beliau berkata, "Kamu kan sudah lancar membacanya, jadi sebaiknya kamu membaca buku-buku yang ini. Atau buku ini nih. Isinya cerita tentang pahlawan."

Aku rasa, metode yang digunakan Bu Ina ini bisa memecahkan masalah 'berliterasi' anak-anak. Anak-anak diarahkan untuk memiliki bacaan yang variatif sehingga mereka belajar untuk memahami bacaan yang lebih beragam. Metode ini juga yang diusulkan oleh Ade Kumalasari di artikel yang dirilisnya kemarin.

Aku mengapresiasi taman bacaan atau perpustakaan yang memiliki visi lebih dari sekadar 'bacaan'. Beberapa perpustakaan yang aku lihat, memiliki semacam kelompok usaha. Mereka mengembangkan sesuatu yang bernilai ekonomi dari informasi yang bisa diakses dari perpustakaan. Tentu ini keren sekali. Tapi ya, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan dasar 'membaca' tetap harus mendapat perhatian utama.

Di bawah komentar tentang banyaknya relawan literasi tadi, seseorang mengeluhkan betapa sulitnya menumbuhkan kegemaran membaca. Beliau berkata bahwa ketika membuka lapakan buku, beliau membawa puzzle dan mainan untuk menarik anak-anak berkunjung. Kalau anak-anak sudah bosan, mainan apa lagi yang harus beliau bawa untuk menarik anak-anak?

Entah ya, tapi menurutku, menarik perhatian anak-anak untuk datang ke perpustakaan dengan mainan atau kegiatan lainnya itu tidak seharusnya dilakukan secara terus menerus. Bolehlah kalau dilakukan di awal-awal atau secara berkala sekian minggu atau sekian bulan sekali. Tapi ketika mereka datang, mereka harus diperkenalkan dengan kesenangan dari membaca dan buku-buku.

Ceritakan cerita menarik dari sebuah buku atau buat sebuah kreasi yang ada di buku. Pokoknya, mereka jadi tertarik untuk membuka buku. Setelah mendapat kesenangan dari membaca dan buku, anak-anak seharusnya akan datang kembali ke taman bacaan atau perpustakaan untuk buku. Jadi, sudah tidak perlu lagi penarik berupa mainan. Barulah tugas dari relawan literasi bergerak untuk update bacaan yang ada di perpustakaannya.

pengunjung sedang memainkan LOGICO (dokumentasi Rumah Baca Jatibening)
pengunjung sedang memainkan LOGICO (dokumentasi Rumah Baca Jatibening)

Di Rumah Baca Jatibening, Bu Ina juga menyediakan mainan edukatif seperti PAS dan LOGICO. Mainan yang disediakan ini membantu pengunjung melatih konsentrasi, berfikir cepat dan tepat, serta sebagai sarana pengayaan untuk pengunjung anak-anak mencapai kemampuan dasar dan calistung. Anak-anak bisa memainkannya bila mereka sudah selesai membaca sebuah buku.

Kalau anak-anak ditarik terus-menerus dengan sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan buku, sepertinya akan susah untuk mereka mengenal buku. Mereka datang ke perpustakaan atau taman baca untuk 'bermain' bukan untuk membaca.

Di Rumah Baca Jatibening pun, Ibu Ina masih berusaha supaya anak-anak bisa memenuhi keragaman bacaan pengunjung anak-anaknya. Beberapa bulan lalu, beliau membuat sebuah program. Dalam program itu, anak-anak diberi waktu 2 bulan untuk membaca 40 buku yang terdiri dari buku klasik, buku cerita rakyat, dan buku cerita anak sedunia. Hanya 3 anak yang berhasil menyelesaikan program tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun