Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Demonstrasi dan Kisah Pembajakan "Hotel Royal Costanza"

29 September 2019   15:14 Diperbarui: 29 September 2019   15:27 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai kota. Secara umum, masyarakat memiliki 7 tuntutan pada pemerintah. Beberapa di antaranya adalah menolak RUU RKUHP, RUU Pertambangan dan minerba, RUU pertanahan, dan RUU lain yang bermasalah. Selain itu, ada pula permintaan untuk menghentikan kriminalisasi aktivis dan meminta pemerintah untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM.

Pemerintah kemudian menunda beberapa RUU yang ditolak oleh pendemo tersebut. Namun aksi massa terus berlangsung karena masih ada tuntutan lain yang belum dipenuhi termasuk pembatalan UU KPK yang baru disahkan beberapa waktu lalu. Presiden sedang mempertimbangkan mengeluarkan Perpu untuk pembatalan UU KPK ini namun orang-orang parlemen secara terang-terangan menolaknya.

Kejadian-kejadian beberapa hari belakangan ini, mengingatkanku pada sebuah novel yang diterbitkan oleh Buku Mojok pada bulan September 2018 lalu. Akan aku ceritakan secara singkat kisahnya dari novel berjudul Hotel Royal Costanza ini.

Hotel Royal Costanza, icon dari negara Costanza, dibajak oleh kelompok CUM (Costanza Unionist Movement), sebuah kelompok pemberontak pemerintah yang menginginkan Costanza bergabung dengan Italia. Costanza adalah sebuah negara persemakmuran Inggris yang terletak di benua Eropa. Sebelum menjadi jajahan Inggris pada perang dunia kedua, Costanza adalah bagian dari wilayah Italia yang kemudian direbut oleh Inggris. Saat ini, masyarakatnya sedang dihadapkan dalam 2 isu. Menjadi negara persemakmuran Inggris atau kembali menjadi bagian dari negara Italia.

Sugeng Prayitno, seorang jurnalis RNN (Radio Nieuws Netwerk) asal Indonesia, menjadi sandera dalam kejadian itu bersama dengan seorang penyanyi Irlandia bernama Aidan dan seorang penyanyi Italia bernama Luce.

Pemerintah Costanza tentu saja tidak mengabulkan permintaan kelompok CUM. Mereka kemudian mengirimkan tentara untuk membekukan kelompok CUM. Dalam baku hantam yang terjadi, tentara Costanza menang dan berhasil melumpuhkan kelompok CUM. Sayangnya, dalam kejadian itu Sugeng dan 6 orang sandera tewas terbunuh.

Bagian yang paling menarik dari cerita ini menurutku adalah ketika Sugeng dibunuh oleh pimpinan tentara Costanza. Sandera yang seharusnya ditolong oleh tentara ini malah ditembak tepat pada jantungnya. Tentara ingin menunjukkan pada pemberontak bahwa mereka bisa berlaku tegas dalam kondisi apapum. Ketika Aidan dan Luce meminta pemerintah untuk mengusut kematian Sugeng, pihak Costanza tampak tidak peduli. Yang ada, mereka malah memfitnah Sugeng dengan rumor pemerasan terhadap pemberontak.

Costanza adalah negara yang rumit. Penuh intrik politik dan militer. Belum lagi sumber daya alamnya yang dikuasai oleh perusahaan swasta yang hanya memberikan 10% hasil eksplorasinya untuk negara. Sehingga, nampaknya akan sulit bagi Luce dan Aidan mencari keadilan untuk Sugeng.

Kutipan yang paling menarik dari buku ini adalah:

 "bagaimana mungkin kau tidak mengetahui tabiat politisi. Bersikap ramah dan terbuka di depan warga dan media namun bersikap sebaliknya ketika sudah di balik layar."

Sounds familiar?

Aku merasa cerita tentang negara Costanza ini related banget terutama dengan situasi yang terjadi belakangan ini. Negara Costanza itu kayaknya nggak ada. Namun itu adalah cerminan. Seperti kata Okky Madasari melalui akun Instagramnya, karya sastra berfungsi untuk menyampaikan kebenaran yang barangkali belum diungkap.

Kita tentu tidak bisa menggugat seseorang atau pemerintah dengan dasar sebuah cerita fiksi, tentu saja. Namun membaca cerita fiksi seperti Hotel Royal Costanza ini dapat memperlebar cara pandangku. Aku merasa orang-orang yang fanatik buta pada suatu sosok, mungkin harus membaca buku ini atau buku fiksi lainnya supaya punya pandangan yang lain. Atau mereka lebih suka dengan teori konspirasi yang mereka bangun sendiri?

Banyak hal yang tidak terjawab di akhir cerita tentang Hotel Royal Costanza ini sebenarnya. Bahkan pertanyaan yang ada di blurb cover belakang buku ini pun belum terjawab setelah aku sampai dengan halaman terakhirnya. 

"Bisakah jejak data digital yang ditinggalkannya di Hotel Royal Costanza mengungkap intrik politik dan militer di negeri ini?"

Orang-orang yang suka membaca cerita konspirasi atau fiksi tentang politik pasti akan suka dengan buku ini. Cerita konspirasi yang ditulis dengan masalah-masalah global yang terjadi saat ini membuat  pembaca dekat dengan ceritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun