Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menembus Meja Redaksi Mojok.co

19 September 2019   16:29 Diperbarui: 19 September 2019   16:49 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Mojok: Tentang Bagaimana Media Kecil Lahir, Tumbuh, dan Mencoba Bertahan" (dokumentasi pribadi)

Adakah dari teman-teman yang tidak tahu situs Mojok.co?

Kayaknya nggak ada yah? Semuanya tahu dan pasti pernah membaca paling tidak satu atau dua judul tulisan yang ada di situs tersebut.

Bulan lalu, situs yang sedang naik daun itu berulang tahun yang kelima. Sebagai rasa syukurnya, mereka merilis sebuah buku yang berjudul "Mojok: Tentang Bagaimana Media Kecil Lahir, Tumbuh, dan Mencoba Bertahan". Buku ini diterbitkan oleh Buku Mojok.

Buku "Mojok: Tentang Bagaimana Media Kecil Lahir, Tumbuh, dan Mencoba Bertahan" ditulis keroyokan oleh 12 orang yang bekerja dan pernah bekerja untuk mojok.co. Mereka berbagi pengalaman dan cerita berdinamika bersama media tersebut. Mereka adalah Puthut EA (kepala suku Mojok), Arlian Buana (yang pernah menjabat sebagai pimpinan redaksi mojok.co), Ahmad Khadafi (redaktur mojok.co), Ega Fansuri (ilustrator mojok.co dan bintang di Mojok Video), Dony Iswara (admin media sosial mojok.co), dan 7 orang lainnya.

Dalam buku ini, kita bisa mendengar cerita tentang betapa bangga dan senangnya orang-orang ini bekerja di mojok.co. Mereka bekerja dengan mengerahkan apa yang mereka mampu supaya perusahaan mereka bisa maju maksimal. Tidak seperti karyawan perusahaan pada umumnya. Dan memang lingkungannya sepertinya membuat nyaman. Seperti Aprilia Kumala (redaktur mojok.co) yang mendapat cuti 1 minggu untuk menenangkan diri setelah patah hati.

Ngobrolin tentang Mojok.co, adakah dari teman-teman yang sedang berusaha supaya tulisannya bisa dimuat di sana?

Salah satu hal yang 'dibuka' dalam buku tersebut adalah tulisan seperti apa yang bagus dan baik menurut mereka. Nia Lavinia, sekred mojok.co, berbagi tiga hal yang bisa membuat sebuah tulisan lolos dari kurasi beliau. Ketiga hal tersebut adalah:

  • Tulisan yang baik adalah tulisan yang dievaluasi kembali lalu diperbaiki
  • Tulisan yang bagus adalah tulisan yang membahas sesuatu yang penting untuk dibaca orang
  • Tulisan yang bagus enggak perlu ndakik-ndakik dengan menggunakan terma ruwet. Tulisan yang muncul murni sebagai opini pribadi dan otoritatif memiliki nilai lebih.

Point pertama ini kemudian mengingatkanku pada waktu aku mengikuti pelatihan menulis essay yang dinarasumberi oleh Pak Nanang, redaktur mingguan Galura, di Bandung sekitar 2 tahun yang lalu. Menurut beliau, menulis essay memang tidak mudah. Bisa dikatakan sulit. 

Namun orang yang rajin membaca essay, lama-lama akan mengerti bagaimana menulis essay yang baik. Kita akan tahu tulisan yang baik itu seperti apa dan tulisan yang buruk itu yang bagaimana. Jadi, kita akan belajar bagaimana membuat tulisan yang baik dan menghindari hal-hal yang menyebabkan tulisan menjadi buruk.

Ahmad Khadafi, yang tadinya seorang kontributor di Mojok.co dan kini statusnya sebagai redaktur, memberikan wejangan yang kurang lebih sama. Awalnya, tulisan beliau sering ditolak oleh Mojok.co. Namun dari 4 kali kegagalan tulisannya dimuat di mojok.co, dia belajar. Dia memperhatikan tulisan-tulisan Agus Mulyadi. Agus selalu menulis hal-hal yang dekat dengan dirinya.

Khadafi lalu menyadari bahwa ide tulisan itu tidak perlu dicari dari tempat yang jauh. Semuanya ada di sekitar penulis. Satu teori yang beliau percaya untuk bisa menembus meja redaksi Mojok.co adalah kamu harus menuliskan ide yang keluar dengan sekali tebas. Begitu ada ide, langsung ditulis. Jangan ditunda. Selesaikan tulisanmu secepat mungkin.

Aku jadi ingat tulisan di bagian 'kirim artikel' di situs Mojok.co. Di sana ditulis, "mojok.co memuat artikel ringan yang hanya butuh waktu sekitar seperminuman kopi untuk menulisnya, tulisan pendek (800 sampai 1000) kata yang dihasilkan saat naik angkot, menunggu kereta, boker, usai makan siang, di supermarket dan lain-lain."

Di dunia luar, mojok.co terkenal sebagai media yang lucu. Namun, dari yang aku baca di buku ini, orang-orang mojok.co sendiri tidak setuju dengan stempel lucu itu. Kembali ke artikel yang ditulis oleh Nia Lavinia, "kamu tidak harus lucu ketika membicarakan isu penting macam perusakan simbol agama, diskriminasi kelompok minoritas,kasus kekerasan seksual, atau ketidakadilan."

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Eddward S. Kennedy, pimred mojok.co yang terdahulu. Menurutnya, humor hanyalah syarat kesekian yang diperlukan Mojok.Sebagaimana tulisan yang baik, kami butuh gagasan kokoh untuk meninju netizen. Humor, tak ubahnya etalase untuk menggoda orang membacanya.

Kalau dibaca lagi, sepertinya tulisan-tulisan di mojok.co itu adalah tulisan yang bagus dan baik pada umumnya yah? Nggak perlu lucu, yang jelas harus penting untuk dibaca, dan hal yang ditulis adalah hal yang kita kuasai. Sayangnya, kenyataan itu tidak semudah teori itu. Hahaha.

Apakah aku sudah berhasil menembus meja redaksi mojok.co? Belum donk. Hahaha. Tulisanku baru berhasil tayang di Terminal Mojok. Itupun menurutku tulisan yang nggak penting-penting amat buat dibaca. Hahaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun