Tulisan paling menarik dalam buku ini menurutku adalah, "kenapa kamu merasa rugi ketika aku mengeluh? Sementara, ketika tiba giliranmu bersyukur, aku juga tidak merasa beruntung" dan "di balik cangkem-mu yang ringan mengucap 'perbanyak bersyukur, ambil hikmahnya, dan cobalah berfikir positif', ada aku yang sedang memikul beban berat dalam tiap tutur sambat. Kamu tidak akan pernah mengerti bagaimana aku berjuang melepaskannya". Kayak omongan orang iri, yah?
Ya, namanya juga tulisan orang yang lagi sambat.
Emang sih, mendengarkan orang mengeluh itu menyebalkan, bikin capek, dan berpotensi menularkan aura negatif. Namun pernah nggak kita membayangkan ada di posisi orang yang mengeluh itu?
Sering di sosial media, aku suka membaca keluhan orang-orang. Ada orang yang mengeluh itu menunjukkan bukan hanya aku saja yang punya masalah dan perlu mengeluh. Kalau ada yang mengunggah rasa bersyukurnya, biasanya malah aku skip. Soalnya, aku jadi merasa makhluk gagal yang pantas minggir sambil berkata, "kapan gue bisa kayak dia, yah?"
Membaca buku ini mengingatkanku pada buku 'Perihal Cinta Kita Semua Pemula' yang pernah aku bahas di sini. Tiap halaman berisi satu atau dua kalimat yang quotable dengan ilustrasi yang ciamik. Hanya saja, buku NKSTHI ini tidak melulu berbicara soal cinta. Dan, dalam buku NKSTHI ini ada cerita yang mengantarkan kita untuk memahami buku ini.
Selain berisi sambatan orang-orang, di buku ini kita juga bisa sambat sendiri lho. Ada ruang untuk kita menuliskan hal-hal yang membuat kita sambat. Ruang untuk menulisnya juga penuh dengan ilustrasi. Lucu, kan?
Buat teman-teman yang suka ragu-ragu untuk sambat, bacalah buku ini. Kalian enggak sendirian, kok.