Mohon tunggu...
Meininda Rhivent Norhidayah
Meininda Rhivent Norhidayah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa

blog pribadi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

POLINUM: Momentum Puncak Giat Literasi Numerasi di SD Kristen Filadelfia Surabaya

18 Mei 2024   15:04 Diperbarui: 18 Mei 2024   15:09 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filadelfia School Surabaya 

"Kemampuan literasi?"

"Wah literasinya masih rendah!"

"Makanya sering baca buku dong"

"Waduh numerasi, belajar matematika dong?

Aduh pusing kalau menghitung susah sekali

Fenomena yang sering dijumpai bersama layaknya kutipan-kutipan di atas, literasi yang selalu dikaitan dengan membaca dan membaca sedangkan numerasi yang dikaitkan dengan matematika itu susah dan hitungan yang kerapkali dihindari. Sejatinya konsep dari kedua hal tesebut sering disalah artikan terlebih literasi yang definisinya semakin berkembang. 

Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu mengalami evolusi sesuai dengan perubahan zaman. Pada masa lampau, literasi hanya diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Namun saat ini, istilah 'literasi' telah meluas maknanya. Kini, literasi mencakup berbagai variasi, seperti literasi media, literasi komputer, literasi sains, dan literasi sekolah. 

Hakikat literasi yang kritis dalam masyarakat demokratis dapat diringkas dalam lima verba: memahami, melibatkan, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Semua ini mengacu pada kompetensi yang lebih luas daripada sekadar kemampuan membaca dan menulis.

Numerasi seringkali dikaitakan dengan matematika dan jajaran rumusnya yang sangat sulit untuk dipahami. Sedangkan Numerasi hakikatnya adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan berbagai angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar. Sekali lagi, perlu ditekankan terkait dengan matematika dasar. 

Selain itu, numerasi juga melibatkan kemampuan menganalisis informasi yang disajikan dalam berbagai bentuk, seperti grafik, tabel, dan bagan. Tujuan utamanya adalah untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. Contoh nyata yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari seperti membaca jam analog, memahami ruang maupun bangun datar, manjemen waktu dan lain sejenisnya. Jika kedua hal tersebut diapahami hakikatnya secara nyata maka tidak ada lagi salah kaprah yang dimaksud dengan hal-hal tersebut.


Kampus Mengajar 7 hadir untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi peserta didik yang ada di tempat penugasan dengan menyenangkan. Maka dari itu, kegiatan pembelajaran yag berkaitan dengan nilai kognisi atau peningkatan kognisi secara efektif bisa dilakukan dengan pembelajaran outdoor yang sifatnya interaktif. Kampus mengajar 7 SD Kristen Filadelfia melakukan aktivitas belajar sambil bermain pada momentum hari pendidikan nasional ini sembari mememriahkan acara puncak dari program literasi dan numerasi. 

Dengan memahami hakikat dari kedua hal tersebut kami dari kelompok mahasiswa kampus mengajar angkatan 7 SD Kristen Filadelfia mengharapkan kegiatan ini bisa menjadi ajang bahwa literasi bukan hanya sekadar membaca dan menulis, lebih dari itu memahami dan memaknai melalui kemampuan analisis lingkungan sekitar merupakan kegiatan yang menyenangkan sesuai dengan tahap perkembangan anak saat ini.


Bertepatan dalam nuansa hari pendidikan nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei menjadi sebuah momentum yang menjadi puncak dari giat yang dilakukan dari mahasiswa kampus mengajar angkatan 7 selama masa penugasan di SD Kristen Filadelfia School. Tepatnya pada Jumat, 3 Mei 2024 kelompok mahasiswa  kampus mengajar 7 yang beranggotakan mahasiswi dari Universitas Negeri Surabaya dan Universitasa 17 Agustus 1945 Surabaya mengadakan gelar literasi numerasi sederhana yang diikuti oleh peserta didik kelas IV dan kelas V. Total keseluruhan siswa yang mengikuti sebanyak 38 siswa dan terbagi dalam 8 kelompok.

Kegiatan POLINUM terdiri atas 2 pos yaitu pos literasi dan pos numerasi dengan masing-masing giat yang memberikan stimulasi atau menjadi salah satu bagian intervensi peningkatan kemampuan literasi dan numerasi peeserta didik di SD Kristen filadelfia. Pos literasi merupakan pos dengan giat puzzle majas metafora, dimana sudah tersedia sebanyak 8 amplop yang disebar disekitar sekolah kemudian maaisng-masing dari kelompok mencari amplop tersebut. 

Masing-masing kelompok mendapat satu buah kemudian dibawa kepada fasilitator pos dan disusun menjadi sebuah puzzle yang utuh mulai dari gambarnya, kata kias, dan makna sebenarnya harus dipasangkan sesuai degan hasil diskusi dari kelompok. Sedangkan pos numerasi menggelar giat engklek numerasi yaitu tiap-tiap perwakilan kelompok akan bermain engklek. Kemudian taiap kelompok akan mendapatkan angka sesuai dengan pemberhentian gaco yang dilempar. 

Selanjutnya, disediakan kertas sesuai dengan nomor tertera pada engklek. Setelah itu, masing-masing kelompok akan mendapat satu nama bangun ruang dan tugasnya adalah membuat rangka bangun ruang tersebut dengan plastisin dan tusuk sate yang telah disediakan.


Giat yang dilakukan terlaksana dengan meriah, antusiame para pesesrta didik saat berpencar dan mencari petunjuk, saling kompak dalam berdiskusi dan mengambil keputusan.  Tentunya giat yang digelar dalam dua pos tadi dapat mengajarkan beberapa hal  baik secara kognitif maupun afektif. 

Dilihat dari sisi kognitifnya yang terasah saat pengadaan momtum puncak gelar literasi dan numerasi terbut kemampuan pengambilan keputusan hingga problem solving. Hal ini selaras dengan model kooperatif yang dirasa tepat untuk  fase  ini  yaitu   Student-Teams-Achievment  Divisions.  

Metode  ini  merupakan  satu  dari  beberapa tipe pembelajaran kooperatif dan pelaksanaannya melalui kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 hingga 5 anak, setiap kelompok diberikan tugas untuk diskusikan dan kemudian dilanjut dengan kuis atau tanya jawab (Moh. Rifa'i, dalam Mifroh, 2020). Model pembelajaran tersebut dapat melatih anak dalam berkomunikasi (sharing), bertkukar ide dan pendapat bersama temannya untuk memecahkan masalah. Anak dapat diajakbernalar kritis terhadap objek-objek yang belum mereka ketahui sebelumnya (MIfroh, 2020).

Pada  usia  sebelumnya,  anak  bisa  berfikir  logis  dan  sistematis  yang  mangacu  terhadap  objek empirik (nyata) yang dapat di tangkap oleh indra. Berbeda dengan pada fase anak yang berada pada usia   11   tahun   hingga   12   tahun   ke   atas,   anak   mulai   mampu   berpikir   padasesuatu   yang berkemungkinan terjadi. Fase ini disebut dengan fase  operasional formal (Mifroh, 2020). Maka, dengan kegiatan POLINUM tentunya merangsang tumbuh kembang anak tentunya tak lupa megaitkan dengan unsur numerasi dan literasi. Tentunya kegiatan yang dilakukan relevan dengan tahap perkembangan dari Piaget.


Dari sisi afeksinya peserta didik mampu memperlajari bagaimana dalam sebuah tim saling menghargai dan bertukar pikiran sehingga tidak hanya mengedepankan logika tetapi juga saling tolong menolong dan berempati kepada sesama teman. Memahami bahwa dalam sebuah giat lomba akan ada pemenang dan yang kalah. Menjadikan peserta didik berjiwa besar dan yang mendapatkan juara bukan menjadi sombong melainkan tetap rendah hati dan memahami arti berproses.

Sumber : 

Mifroh, N. (2020). Teori perkembangan kognitif jean piaget dan implementasinya dalam pembelajaran di SD/MI. JPT: Jurnal Pendidikan Tematik, 1(3), 253-263.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun