Penulis bukan asli orang Melayu, cuma berdomisili di daerah yang mayoritas penduduknya adalah suku Melayu. Penulis ingin cerita tentang makanan khas orang Melayu khususnya yang tinggal di kabupaten Pelalawan -Riau. Makanan ini biasanya disajikan pada hari-hari besar dan istimewa. Namun, hari biasa juga bolehlah.
Namanya lopat, rasnyanya samalah dengan ketupat-ketupat itu yang dibuat dari ketan atau ada juga yang sebut semacam rasa lemang. Bedanya lemang dibakar, jika lopat ini direbus dengan waktu yang lama. Â Bedanya lagi paling jelas pembedanya adalah pembungkusnya. Lopat ini terbungkus dari daun lipai. Daun lipai ini memanjang dicari di hutan Rimbo Gano kata penduduk asli yang saya wawancarai. Hutan besar yang ada harimaunya, jadi si pencari daun harus berhati-hati.
Daun lipainya juga ada beberapa jenisnya. Namanya lipai nasi, lipai kilang, lipai bakal. Bagus untuk pembungkus lopat adalah daun lipai bakal, tekturnya kuat, halus dan tidak menimbulkan bercak noda pada ketan. Sedangkan daun lipai nasi atau kijang mudah patah dan nantinya hasil lopat bisa berubah warna merah kecoklatan gitu.
Nah, akan penulis jabarkan cara memasaknya, kalau membungkusnya itu pada orang tua-tua di kampung ini yang banyak pandainya.
Bahanya yaitu : Ketan, santan, garam
Ketan harus direndam dengan santan selama hampir dua jam agar meresap jangan lupa bagi garam secukupnya. Setelah itu dibungkus dengan daun lipai yang jualnya juga langka, kadang ada kadang tidak di pasar, jika dekat lebaran baru banyak yang jual. Mungkin karena susah mencarinya tadi. Lalu rebus pakai dandang, sebisa mungkin di kayu api saja, karena memakan waktu hampir enam jam, airnya berkurang, tambah lagi. Sampai ketannya benar-benar masak.
O, iya, makanan lopat Melayu ini ada pendampingnya, untuk dicocol. Oleh penduduk setempat dinamakan temuli, tengguli kalau dilihat dan diicip mirip seperti selai sarikaya roti gitu bentukkan dan teksturnya.
Bocoran cara membuatnya, cekidot!
Bahannya :
Santan  misalnya beli 10.000 an