Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sahur Jumpa Kuntilanak?

30 Maret 2023   14:59 Diperbarui: 30 Maret 2023   15:03 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri, Koleksi Jalan sawitan malam hari

Aku tersentak bangun ketika alarm pada ponsel berbunyi nyaring. Menandakan waktunya untuk bersiap-siap dapat giliran tugas malam ini. Pukul 03.00 aku dan si Asep dan Darman akan berkeliling desa untuk membangunkan sahur. Sebagaimana pemuda lainnya. Kami para pemuda memang bisa diandalkan jika tugas demikian. Status pengangguran masih melekat padaku, jadi tak jadi soal jika disuruh-suruh oleh aparatur desa. Lumayan, terkadang dikasih uang capek seala kadarnya.

Hidup di pulau  Jawa yang padat dan persaingan tinggi membuat aku merantau ke Riau. Tepatnya di sebuah daerah yang banyak lahan sawit bahkan ada perusahaannya. Niat hati ingin menjadi karyawan di PT tersebut apalah daya masih belum diterima. Selain tidak memiliki kemampuan, paman Gino tempatku menumpang tidak memiliki koneksi orang dalam juga. Zaman sekarang memang susah mencari kerja. Tamatan sarjana aja demikian, apalah sekaliber aku yang hanya tamatan menengah atas.

"Sep, Man, bangun. Yok, keliling," aku mengerakkan tubuh kedua temanku itu. Asep bergelung memeluk bantal guling, sedangkan Darman tidur dengan gaya telentang dengan wajah yang ditutupi dengan lengannya yang bersilang. Kepala botaknya terlihat memantul licin terkena cahaya lampu 10 watt di pos ronda ini.

"Bangun!" seruku dengan keras. Kali ini karena mereka hanya merespon sekilas dan kembali melanjutkan tidurnya.

"Buruan, woi, bangun, beosk THR kalian aku yang ambil ya," ancamku. Kesabaranku mulai habis. Akibat lambat tidur makanya bangunnya susah.

"Iya, iya." Asep duduk dan mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya. "Man, bangun," ucap Asep menyenggol kaki Darman.

Aku telah berdiri di tepi pos ronda. Nyamuk berdenging di telinga. Untungnya kami bertiga tadi memakai lotion anti nyamuk. Darman dan Asep telah pun siap ikut berdiri.

"Kita mulai arah mana, senter bawa, apa senter hape aja?" tanya si Asep. Pemuda kurus itu memang agak penakut.

"Serah," jawab Darman pelan, kelihatan masih menguap dan menahan kantuk. Matanya masih menyipit dengan pergerakan tubuh yang oleng. Kedua tangannya telah memegang kaleng besar dan kayu.

"Bawalah ya, nanti kita lewat situ."Asep mengusulkan dengan jari menunjuk daerah sepi jalan setapak di kiri kanannya banyak pohon sawit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun