Sungguh aku muak melihatnya bersandiwara. Bertingkah seolah dia adalah wanita paling sempurna sealam semesta. Kata-kata yang terlontar dari mulutnya selalu bermakna. Membuat banyak orang terpesona padanya.
Mereka bilang dia sosok yang hampir sempurna. Pujian demi pujian selalu didapatnya. Padahal asal kau tahu, aku mengetahui segalanya tentang dia. Dia tak sesempurna yang mereka kira. Hatinya penuh dengan dusta.
Dia.. Ryana. Wanita cantik yang hampir memiliki segalanya. Segala yang tentu saja tidak aku punya. Namun dia tak secantik yang kau kira. Wajahnya tanpa riasan itu tak ubahnya seperti mayat hidup. Pucat bagai bulan belum purnama. Aku membencinya.
Dia dapat menarik perhatian siapapun yang dia inginkan. Mereka bilang dia baik hati, namun aku mengetahui, dia tidak sebaik yang kalian kira. Seringkali dia menjadi sangat tinggi hati. Namun ditutupi dengan kalimat-kalimat penuh kerendahan hati. Aah sungguh aku membencinya.
Mereka bilang Ryana wanita tangguh, dia selalu dapat melewati setiap rintangan hidupnya dengan mulus. Bohong... Aku mengetahuinya. Dia tidak setangguh itu, seringkali aku melihat dia berniat untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Namun kemudian dia kembali bertingkah seolah dia makhluk paling bahagia di dunia ini.
Mereka bilang dia adalah wanita yang selalu benar. Ini yang paling membuatku semakin membencinya. Kesalahan yang lantas jadi pembenaran. Bukan sekali dua kali bahkan ribuan kali dia berbuat kesalahan, namun mereka mampu mengampuni dan memaklumi kesalahannya. Sungguh aku benci melihatnya.Â
Aku pernah mendapatinya bersumpah serapah dengan kata-kata terpedas dan tak berperasaan kepada orang yang dibencinya. Namun dia mampu bersandiwara mengubah kebenciannya seolah menjadi rasa cinta. Aku tahu dalam hatinya dia tak pernah bersungguh-sungguh mencintai. Aku tahu segalanya.
Dia wanita keras kepala yang sangat tak dapat mendengar kritikan yang ditujukan untuknya. Namun seringkali dia bertingkah seolah itu masukan yang luar biasa untuk dirinya. Tidak.. tidak ada satupun saran dan kritikan yang dapat mengubah pendiriannya. Aku benar-benar mengenalnya.
Oh sungguh aku sudah terlalu muak. Hidup selalu berdampingan dengannya membuatku tak ingin lagi hidup dengannya. Aku ingin menusuk hatinya agar semua keburukannya terpancar. Agar tak ada lagi yang berkata kecantikannya terpancar karena hatinya yang bersih tak bernoda. Aku ingin membuatnya tersadar bahwa aku bukanlah bayang-bayangnya. Aku ini hidup. Hidup dalam jiwanya. Dan akulah yang selalu setia bersamanya dalam setiap menit dan detik yang dilaluinya.
Ini sungguh tak adil, aku ditempatkan dalam jiwanya yang bahkan dia sendiri tak pernah menghargai keberadaanku. Aku selalu diabaikan dan tak jarang dia campakkan.
Oh sungguh aku ingin menggantikan posisinya di kehidupan ini. Sungguh muak melihatnya terus bersandiwara seolah dialah dewi kebajikan pembawa keberuntungan bagi orang-orang disekitarnya.