Mohon tunggu...
Mega V M D
Mega V M D Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hubungan antara Perilaku Masyarakat dan Penularan Penyakit Malaria di Kota Kupang

26 Juni 2020   22:46 Diperbarui: 26 Juni 2020   22:51 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kota Kupang merupakan salah daerah yang lumayan berkembang pesat di daerah NTT, tentunya hampir semua masyarakat Kupang pasti pernah mendengar tentang malaria, selain itu menurut data yang ada, dalam satu tahun terakhir 14,4% masyarakat Kota Kupang pernah di diagnosa malaria oleh petugas kesehatan. Pengetahuan masyarakat tentang penularan malaria yaitu mereka mengetahui bahwa malaria di tularkan oleh gigitan nyamuk, dampak malaria jika tidak diobati yaitu malaria bisa membunuh dan malaria dapat mengganggu pekerjaan.

Namun sayangnya, pengetahuan masyarakat tersebut tentang malaria tidak konsisten dengan perilaku mencegah gigitan nyamuk dalam mencegah gigitan nyamuk masyarakat melakukannya dengan cara membakar dedaunan di sekitar rumah dan penggunaan kelambu yang jarang dimanfaatkan. Alasan mereka tidak menggunakan kelambu secara teratur adalah penggunaan kelambu merepotkan saat tidur, dan terkadang agak panas.

Begitu pula dengan perilaku masyarakat dalam hal membakar dedauan untuk mengusir nyamuk yang didorong oleh alasan ekonomi dan kepraktisan. Alasan ekonomi yaitu memerlukan uang untuk membeli obat nyamuk bakar, sedangkan alasan kepraktisan karena di sekitar rumah banyak deduanan yang bisa dimanfaatkan.

Selain itu, ada pula perilaku masyarakat dalam hal mencari pengobatan yaitu dengan membeli obat di kios-kios atau ke toko obat terdekat terlebih dahulu dan kemudian baru akan ke fasilitas kesehatan jika mereka belum sembuh. Perilaku pencarian pengobatan tersebut relatif tidak baik. Namun perilaku tersebut terbentuk karena adanya faktor pendukung yaitu di kios-kios tertentu masih ditemukan obat cloroquin yang dari dulu digunakan oleh masyarakat untuk mengobati malaria. Padahal menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku pengobatan yang tidak tepat tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat memicu risiko terjadinya resistensi obat anti malaria.

Adapun faktor lingkungan fisik yaitu keberadaan tempat perindukan nyamuk pada jarak < 200 meter dari rumah penduduk, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk seperti sawah, dan sungai/kali merupakan faktor risiko penularan malaria karena jarak terbang nyamuk pada kondisi normal adalah maksimal 200 meter. Selain itu, ada juga hubungan antara faktor lingkungan (genangan air) dengan kejadian malaria. Faktor sosial dan ekonomi seperti sanitasi yang buruk, perumahan, jenis pekerjaan, kemiskinan dan lain sebagainya mempunyai efek yang penting terhadap kejadian malaria di Kota Kupang.

Faktor lingkungan rumah penderita malaria di Kota Kupang NTT lebih banyak terkait dengan konstruksi rumah dan keberadaan tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah. Begitu pula dengan pengetahuan masyarakat tentang malaria, mereka yang tidak konsisten dengan perilaku mencegah pencegahan malaria, perilaku pengobatan, dan perilaku pencarian pertolongan penyakit akibat malaria

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun