Mohon tunggu...
MEGA AYU LESTARI
MEGA AYU LESTARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - ada

mencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Pendidikan Karakter Sopan Santun oleh Siswa MA NU Nurul Huda Mangkang

27 April 2022   14:11 Diperbarui: 27 April 2022   14:19 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penerapan adalah perbuatan menerapkan. Penerapan adalah mempratekkan, memasangkan suatu hal yang sudah dipelajari atau dirancang sebelumnya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan mempratekkan suatu teori, metode, dan hal lain yang dilakukan baik secara personal maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan dan kepentingan tertentu yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :

  • Adanya program yang dilaksanakan
  • Adanya target, yaitu kelompok yang menjadi tujuan penerapan dan diharapkan akan menerima manfaat dari penerapan tersebut.
  • Adanya pelaksanaan, disini dimulai dari pengelolaan terlebih dahulu, kemudian dilaksanakan, dan tentunya tetap ada pengawasan selama proses penerapan berlangsung.

Kata character bersal dari kata charassein (bahasa Yunani) yang artinya melukis, menggambar.Berawal dari pengertian diatas, karakter kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus. Oleh karena itu pengertian karakter dapat dinyatakan sebagai "pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang". Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah watak, sifat, hal yang mendasar pada diri seseorang sebagai pembeda antara individu yang satu dengan yang lain serta ciri khas yang dimiliki individu yang berkaitan dengan mental atau moral, akhlak, jati diri seseorang. Salah satu karakter yang harus ada dalam diri siswa adalah salah satunya memiliki karakter sopan dan santun. Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the good), mencintai yang baik (loving the good), dan melakukan yang baik (acting the good). Ketiga ideal ini satu sama lain sangat berkaitan.

Sedangkan pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Berdasarkan pengertian menurut Lickona memprlihatkan adanya proses perkembangan yang melibatkan pengetahuan (moral knowing), perasaan (moral feeling), dan tindakan (moral action), sekaligus juga memberikan dasar yang kuat untuk membangun pendidikan karakter yang koheren dan komprehensif. Pentingnya menerapkan pendidikan karakter diantaranya karena,

  • Cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya. Karena karakterlah yang menjadi ciri khas siswa tersebut, jadi sangat perlu ditanamkannya pendidikan karakter sedari dini.
  • Cara untuk meningkatkan prestasi akademik. Dengan adanya pendidikan karakter akan menjadikan siswa mempunyai pola fikir yang positif sehingga dapat meingkatkan prestasi akademik maupun non-akademik
  • Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain.
  • Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam. Dunia yang sebenarnya itu setalah siswa lulus dari sekolahan, disitu sangat terlihat manfaat adanya pendidikan karakter di sekolah.
  • Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang masih sangat rendah.
  • Persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja.

Pengertian sopan dan santun menurut beberapa para ahli, diantaranya sebagai berikut :

  • Hermanto, 2019 menyatakan bahwa sopan santun merupakan sebuah terapan dari prilaku seseorang yang berperilaku baik.
  • Ryabova, 2015 menyatakan bahwa Indonesia menyebut sopan santun sebagai semacam "etika". Jenis kesopanan merupakan bentuk tertentu dari tindak tutur etika.
  • Mahmud, 2019 menyatakan bahwa seseorang yang sopan akan memiliki bahasa dan perilaku yang baik. Kesopanan adalah bentuk perilaku yang telah dikembangkan di masyarakat agar mengurangi gesekan dalam interaksi pribadi. Sikap sopan bagi orang jawa adalah dengan mengikuti himpunan etika tersebut.

Penilaian sikap sopan santun disetiap daerah tentunya berbeda-beda. Sopan santun seringkali dipengaruhi oleh konvensi budaya, yang didasarkan pada nilai-nilai sosial masyarakat, serta nomra dan adat istiadat di setiap daerah. Sopan santun merupakan suatu sikap yang menjunjung tinggi nilai menghargai, menghormati, dan berakhlak mulia. Teori kesantunan selalu dikaitkan engan teori tindak tutur. Hal tersebut dikarenakan teori tindak tutur menekankan kegunaan kosakata yng dipiliih, sedangkan teori kesantunan itu bagaimana kita memilih  kata yg diucapkan sopan atau tidak. Perilaku dan bahasa seseorang dapat diartikan sopan ketika dapat diterima masyarakat dan sesuai dengan norma yang berlaku. Beberapa perilaku yang dapat digunankan untuk menandakan kesopanan, seperti ekspresi wajah yang menyenangkan, alis terangkat, gerak - gerik tubuh, disertai dengan suara yang lebih lembut, sentuhan, dan dekat.

Kesopanan non-verbal merupakan tindakan menghargai dari orang yang lebih muda terhadap orang yang lebih tua. Contoh di budaya jawa adalah orang yang lebih muda membungkuk sedikit saat berjalan di depan orang yang lebih tua dan ketika sesepuh memberi nasehat, orang yang lebih muda tidak harus melihat langsung wajah orang yang lebih tua saat berkomunikasi karena ini diartikan sebagai yang lebih muda menantang yang lebih tua yang dianggap tidak sopan dalam budaya jawa. Dalam sebutan panggilan di jawa juga terdapat beberapa unggah-ungguh (tingkatan), bahasa komunikasi dengan yang lebih kecil mengarah ke mengasihi dan menyayangi, kepada yang seumuran menggunakan bahasa biasa asal tidak umpatan atau bahasa kotor, kepada yang lebih tua menggunakan bahasa krama inggil sebagai bentuk penghormatan dan menghargai yang lebih tua.

Sebagaimana di Sekolah MA NU NURUL HUDA MANGKANG siswa-siswinya sangat tunduk dan sopan santun kepada bapak dan ibu guru serta staf yang kebih tua. Terhadap teman sebaya juga mereka dapat menempatkan diri sebagaimana mestinya. Sopan santun siswa juga dapat dilihat dari cara mereka berkomunikasi kepada bapak / ibu guru maupun teman sebaya, dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Selain itu sopan santun siswa-siswi khususnya di Sekolah MA NU NURUL HUDA juga dapat dilihat dari gerak tubuh dan perilaku terhadap sesama, seperti membungkukkan badan ketika melewati atau berpapasan dengan yang lebih tua dan menundukkan kepala saat berbicara dengan yang lebih tua.

Penanaman pendidikan karakter oleh guru kepada siswa di MA NURUL HUDA dapat dikatakan berhasil, karena terbukti dengan lingkungan sekolah yang dapat menghargai, dan menghormati kepada sesama. Dalam kegiatan belajar mengajar selalu diawali berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, membiasakan mengangkat tangan baru berbicara ketika hendak bertanya maupun menyanggah pernyataan. Membiasakan mengucapkan tiga hal yang kelihatannya dinilai suatu hal yang sepele tetapi itu penting dalam kehidupan, yaitu meminta maaf ketika tidak sengaja berbuat salah, mengucapkan minta tolong ketika merasa butuh bantuan, dan berterima kasih setelah menerima sesuatu atau setelah mendapat bantuan.

Guru sebagai role model di sekolah tentunya harus memberi contoh yang baik, menggunakan bahasa yang santun, dan bersikap ramah kepada siswa. Dengan begitu secara tidak langsung guru sudah menanamkan pendidikan karakter kepada siswa. Karena guru yang kita tahu bahwasanya yang digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh / diteladani). Bukan sebaliknya yaitu wagu (tidak pantas) dan saru (tidak patut).

Berdasarkan perspektif kesantunan, kekerasan verbal tentunya melanggar prinsip -- prinsip kesantunan. Karena hal tersebut pada dasarnya mengancam fisik maupun mental siswa. Dengan itu, diharapkan guru dapat menjalankan amanat yang sesuai dengan UUGD (Undang Undang Guru dan Dosen). Sehingga guru dapat menjadi role model berbahasa yang santun di kelas.

Fenomena kekerasan verbal dan fisik di sekolah sangatlah pantas mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan KOMNASHAM. Sehingga dicanangkannya program SRA (Sekolah Ramah Anak). Program ini tentu tidak akan berjalan lancar jika kesantutan dalam berbahasa tidak diterapkan dengan baik di sekolah. Dengan menanamkan rasa menghargai kepada orang lain dapat mencegah terjadinya kekerasan fisik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun