SAMPANG - Pekerjaan rabat beton yang didanai Dana Desa Tahun Anggaran 2025 di Dusun Totongan, Desa Komis, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang, tengah menjadi sorotan warga. Proyek senilai Rp178.381.987 itu menuai pertanyaan masyarakat terkait kualitas pengerjaan dan akuntabilitas pelaksanaannya.
Keluhan pertama disampaikan warga secara langsung kepada media ini pada Jumat, 2 Agustus 2025. Mereka menyoroti kualitas konstruksi jalan yang dianggap tidak sepadan dengan anggaran yang digelontorkan pemerintah.
"Mas, di sini ada proyek rabat beton asal-asalan. Pemakaian besinya kurang maksimal, tanah urugnya menonjol di tengah, padahal seharusnya rata, bukan seperti ini," ujar salah satu warga, yang meminta identitasnya tidak dipublikasikan.
Temuan Lapangan: Ketebalan Tidak Seragam dan Permukaan Tidak Rata
Hasil pemantauan langsung tim media di lokasi proyek memperlihatkan sejumlah kejanggalan. Ketebalan rabat beton tampak tidak seragam dan terlihat cukup tipis di beberapa bagian. Kondisi tanah dasar juga tampak tidak merata, dengan bagian tengah yang lebih tinggi dibanding sisi lainnya - indikasi dari persiapan fondasi yang tidak optimal.
Pengamatan ini memperkuat kekhawatiran warga bahwa proyek tersebut berpotensi tidak bertahan lama, mengingat kualitas konstruksi yang dianggap tidak memenuhi spesifikasi teknis standar dalam pekerjaan infrastruktur desa.
Konfirmasi Penanggung Jawab Proyek
Upaya konfirmasi dilakukan kepada pihak yang disebut sebagai penanggung jawab kegiatan. Pada Jumat, 1 Agustus 2025, awak media menghubungi Fathurrosi melalui WhatsApp, namun tidak mendapatkan respons. Keesokan harinya, Sabtu, 2 Agustus 2025, tim mendatangi kediamannya.
Fathurrosi saat itu berada di kantor balai desa, tepat di seberang rumahnya. Saat dikonfirmasi, ia membenarkan keterlibatannya dalam pelaksanaan proyek.
"Ya Mas, itu proyek saya, rabat beton. Terus salahnya dan gimana enaknya, biar sama-sama enak?" ujar Fathurrosi dalam pernyataannya, Minggu, 3 Agustus 2025.
Dalam pertemuan tersebut, berdasarkan laporan media, sempat terjadi insiden yang diduga sebagai upaya pemberian amplop putih kepada awak media. Tawaran itu ditolak, dan tim media menegaskan bahwa mereka hanya menjalankan fungsi jurnalistik berdasarkan aspirasi warga yang meminta adanya perbaikan pekerjaan.