Mohon tunggu...
Alfianharis
Alfianharis Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Lokal Kalah dengan Budaya Asing

6 Juli 2018   10:34 Diperbarui: 6 Juli 2018   10:36 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Budaya adalah sesuatu cara hidup berkembang, yang di miliki oleh suatu kelompok di wariskan dari generasi ke generasi. Lalu apa pentingnya suatu budaya dalam suatu kelompok ?, sebagai suatu warga negara pentinglah melestarikan suatu kebudayaan dalam negeri sendiri karena itulah salah satu cara untuk mengenalkan identitas suatu negara tersebut.

Selain sebagai identitas suatu negara budaya sendiri sangat penting sebagai sumber inspirasi,kebanggan dan sumber daya menghasilkan komoditi ekonomi. Sebagai pola perilaku,    Sebagai warisan,  dan sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan. Sangat banyak fungsi Budaya bagi suatu negara. Secara turun-temurun budaya adalah hal berharga bagi suatu kelompok. Tapi apakah kebudayaan masih terus turun temurun di genersikan kepada kaum muda ?.

Semenjak era milenial budaya-budaya asing mulai merambah dan menjamur ke indonesia dari musik, style, bahkan bahasa sudah bisa dikatakan menjajah sedikit demi sedikit kebudayaan lokal. Lalu kenapa budaya lokal kalah dengan budaya asing ? sejak era milenial perkembangan teknologi semakin maju semakin cepat pula informasi yang bisa kita dapat tapi sayangnya perkembangan teknologi tidak bisa mempercepat kebudayaan lokal secepat kebudayaan asing.

Kebudayaan seni lokal yang seharusnya dilestarikan sebagai identitas suatu negara atau kelompok menjadi acuh tak acuh bagi kaum muda. Kaum muda lebih suka menggunakan kebudayaan seni asing sebagai hobi mereka seperti kebudayaan korea, jepang, sampai india. Lebih parahnya lagi jika ketika seseorang yang telah sangat suka terhadap kebudayaan asing bahkan mereka rela merelakan apapun demi mengikuti budaya asing tersebut sehingga kebudayaanya sendiri dilupakan.

Mirisnya orang asing yang bisa di anggap pendatang ke negeri kita sangat suka dengan kebudayaan orang indonesia bahkan sampai ingin mempelajarinya. Lalu kenapa tuan di rumahnya sendiri tidak bisa memperkenalkan lebih luas lagi kebudayaan lokal negeri sendiri. Pada dasarnya kebudayaan lokal seperti Alat musik Tradisional,Tarian, dan Bahasa di anggap kuno dan tidak modern.

Pada waktu lalu banyak kasus-kasus aneh yang sempat menghebohkan indonesia, beberapa kebudayaan lokal indonesia seperti, kuda lumping, reog ponorogo, wayang, dan batikpun di akui oleh negara lain ketika banyak dari kita melupakan kebudayaanya sendiri jika sudah terjadi anehnya masyarakat marah atas tindakan negara tersebut, seharusnya sebagai masyarakat yang ingin kebudayaanya tetap ada hingga generasi ke generasi selanjutnya, jangan sampai melupakan apa yang sudah di wariskan secara turun temurun kepada kita. lantas apa yang bisa dilakukan setelah semua ini sudah terlanjur terjadi ?.

Sebagai masyarakat kita harus lebih pintar memilah budaya yang harus di tiru dan dilestarikan apa salahnya dengan budaya lokal jika budaya lokal bisa lebih baik dari pada budaya asing dan masyarakat haruslah memaknai hal yang berbau budaya sebagai hal yang lebih baik di ajarkan kepada lingkungan sekitar bahkan kepada anak kita sendiri. Kurangi hal-hal yang mudah mempengaruhi pemikiran anak seperti kebudayaan asing yang buruk bagi perkembangan otak anak.

Pemerintahpun harus sangat memperhatikan kebudayaannya tidak hanya memperhatikan saja tetapi juga dengan melestarikan apa yang sudah di turunkan dengan cara membuat acara Festival budaya, Sanggar budaya, Dll. Sehingga masyarakat selalu ingat dan bangga apa yang sudah mereka miliki selama ini jadi ketika masyarakat mengakui kebudayaannya sendiri apakah kebudayaan itu akan dicuri lagi ? jawabanya Tidak. Karena sebagai negara yang punya identitas, tidak akan pernah tergoyahkan ketika kebudayaan asing bahkan masalah tentang kebudayaan menyerang lagi di Negara Indonesia.

Oleh: alfian haris alfarich, mahasiswa program studi ilmu komunikasi Umsida

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun