Mohon tunggu...
D. Prayuda
D. Prayuda Mohon Tunggu... an ISTJ Solo Explorer | Instagram: @yudaaprd_

“Siang kerja untuk korporat, malam menulis untuk merawat cerita.”

Selanjutnya

Tutup

Worklife

"Anti Boncos Squad", Seni Bertahan Hidup di Akhir Bulan

15 Oktober 2025   09:05 Diperbarui: 15 Oktober 2025   09:09 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mahasiswa Melihat Saldo Pengeluaran (Sumber: Freepik)

Kalau tanggal muda adalah surga maka tanggal tua adalah ujian iman. Begitulah kira-kira fase hidup mahasiswa yang berjalan seperti roller coaster. Awal bulan sih penuh janji bakal hemat tapi pas pertengahan mulai realistis dan akhirnya berubah jadi mode spiritual (rajin puasa senin kamis) pas akhir bulan. Kalau dianalogikan, ibaratnya nih ya kalau kamu masih bisa makan ayam geprek tanggal 25 ke atas itu berarti kamu belum resmi jadi anggota Anti Boncos Squad. Tapi kalau saldo tinggal lima puluh ribu dan masih bisa bercanda di grup kampus, "selamat, kamu sudah sah jadi bagian dari klub paling realistis di dunia perkuliahan". 

Menjadi mahasiswa itu bukan hanya soal IPK dan skripsi, tapi juga kemampuan bertahan hidup di tengah biaya hidup yang makin nggak santai. Survei TGM Research 2024 menunjukkan bahwa 84% masyarakat Indonesia---termasuk mahasiswa---merasa khawatir terhadap kenaikan biaya hidup (metrotvnews.com). Artinya, bahkan sebelum wisuda, sebagian dari kita udah sadar bahwa mengatur uang itu bukan skill tambahan, tapi skill bertahan hidup.

Masalahnya, kesadaran nggak selalu sejalan dengan kemampuan. Menurut CNBC Indonesia (2025), indeks inklusi asuransi nasional baru mencapai 28,5%, dan literasi asuransi bahkan lebih rendah dari itu. Artinya, banyak sih yang udah tahu pentingnya perlindungan finansial, tapi belum tahu harus mulai dari mana. Di level mahasiswa, situasinya lebih menarik: kita tahu pentingnya proteksi, tapi gaji aja belum punya. Di sinilah konsep Anti Boncos Squad lahir. Bukan komunitas resmi, tapi mental kolektif: sekelompok mahasiswa yang sadar bahwa melindungi diri dari "boncos" itu bentuk perlindungan finansial paling dasar. Mereka nggak main saham, nggak punya deposito, tapi punya tiga prinsip suci: hemat, cermat, dan nggak gampang tergiur promo paylater.

Sebenarnya, proteksi finansial ala mahasiswa bisa dimulai dari hal sederhana. Pertama, punya dana darurat meskipun kecil, sekadar buat jaga-jaga kalau laptop ngambek atau charger hilang. Kedua, melek risiko digital, karena sekarang penipuan online udah makin halus dan pinter aja, dari "saldo kamu terblokir" sampai "numpang pinjam e-wallet bentar". Ketiga, mulai mikir soal masa depan, walau pelan-pelan. Bukan langsung ikutan beli polis, tapi belajar konsepnya aja dulu.

Prudential Mengenalkan Asuransi sesuai Budget Mahasiswa (Sumber: Prudential)
Prudential Mengenalkan Asuransi sesuai Budget Mahasiswa (Sumber: Prudential)

Riset Universitas Kristen Indonesia Paulus (2023) menunjukkan bahwa mahasiswa dengan literasi keuangan tinggi cenderung lebih bisa mengelola keuangannya sendiri. Tapi literasi keuangan kebanyakan nggak datang dari buku, melainkan dari pengalaman: salah ambil keputusan, saldo mendadak minus, lalu menyesal. Dari situ baru muncul pemahaman bahwa "proteksi finansial" bukan jargon, tapi kebutuhan. Di sisi lain, lembaga seperti Prudential Indonesia mulai banyak mengangkat isu literasi finansial ke ranah muda. Melalui kampanye PRUteksi Finansial, Bahagia Kemudian, mereka mencoba membumikan konsep perlindungan finansial biar nggak terdengar serumit isi polis. Mahasiswa yang terbiasa boncos bisa belajar dari prinsip dasarnya: hidup itu penuh risiko, tapi sebagian bisa dikendalikan asal mau siap dan mau belajar.

Langkah-langkah kecil seperti yang digencarkan Prudential yaitu dengan mengenalkan pentingnya asuransi sejak dini, sampai simulasi perencanaan keuangan bisa jadi pintu masuk buat mahasiswa memahami arti "melindungi diri dari kemungkinan terburuk." Karena proteksi bukan cuma soal sakit atau meninggal, tapi juga tentang menjaga kestabilan hidup saat hal tak terduga terjadi. Bayangin aja, kamu lagi skripsi, tiba-tiba laptop rusak. Atau lagi magang, terus kena musibah kecil yang butuh biaya tambahan. Di situ kamu sadar, kalau selama ini kamu hanya fokus cari cuan tanpa nyiapin proteksi, ujungnya tetap boncos. Karena dalam dunia nyata, yang menang bukan yang paling kaya, tapi yang paling siap.

Ilustrasi Mencatat Pengeluaran/Hari (Sumber: Pexels)
Ilustrasi Mencatat Pengeluaran/Hari (Sumber: Pexels)

Anti Boncos Squad paham bahwa proteksi itu bukan soal besar kecilnya uang, tapi soal niat dan kebiasaan. Misalnya, menyisihkan uang jajan buat dana darurat bukan karena pengen kelihatan "finansial planner", tapi karena tahu rasanya kepepet. Mulai belajar bedain kebutuhan dan keinginan, bukan karena sok disiplin, tapi karena udah kenyang "checkout impulsif" yang bikin saldo nyesek. Salah satu hal yang sering disepelekan mahasiswa adalah risiko jangka pendek. Kita lebih takut nilai jelek daripada saldo tipis. Padahal, menurut Asian Development Bank (ADB), lebih dari 60% generasi muda di Asia Tenggara tidak memiliki tabungan darurat. Artinya, satu kejadian kecil bisa langsung mengacaukan kondisi finansial.

Di sinilah konsep "PRUteksi" relevan banget. Perlindungan finansial itu nggak selalu harus mahal, tapi harus dimulai. Bisa dengan asuransi mikro, bisa dengan menata arus kas pribadi, bisa juga dengan belajar menahan diri dari gaya hidup yang nggak sesuai dompet. Mahasiswa juga mulai sadar bahwa proteksi bukan cuma buat orang yang udah mapan. Justru dimulai dari sekarang, waktu kebutuhan masih sedikit dan tanggungan belum banyak. Kalau dari muda aja udah terbiasa punya mindset "amanin diri dulu sebelum boncos", maka nanti ketika udah kerja, konsep "bahagia kemudian" bukan cuma slogan, tapi realitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun