Mohon tunggu...
Markus Budiraharjo
Markus Budiraharjo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mengajar di Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sejak 1999.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cinta dalam Satu Helai Kumis Harimau

11 Mei 2010   14:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:16 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bercerita adalah salah satu cara mendidik paling ampuh. Cerita yang baik membuat kita berpikir tentang banyak hal, merefleksikan nilai-nilai yang kita perjuangkan, dan akhirnya bisa menilai apa yang baik dan yang mesti kita lakukan. Tidak jarang, melalui cerita pula, terjadilah pertobatan atas sikap hati yang beku, kaku dan tidak mau dengar orang lain. Dengan alasan itu pula, aku pun berbagi cerita. Ini meanjutkan cerita-cerita sebelumnya: Sang Pencuri Pembawa Panji KemenanganSemua Ada MaksudnyaSebuah Pelajaran untuk Guru*. Semoga bermanfaat.

***

Di Korea, tersebutlah seorang wanita muda, bernama Yun Ok, yang bersuamikan tentara. Tiga tahun

[caption id="attachment_138753" align="alignleft" width="214" caption="source: http://blogs.guardian.co.uk/"][/caption] berlalu sang suami di medan perang, dan tibalah waktu bahagia bagi pasangan itu untuk berkumpul kembali. Namun, apakah yang ditemukan Yun Ok? Sang suami sudah berubah total! Dia jarang bicara, dan ketika bicara pun, suaranya cenderung kasar. Hilang sudah pesona romantisme yang dulu pernah membuat Yun Ok tergila-gila dengan lelaki pujaan ini. Hilang sudah harapan yang digantungkan setinggi langit selama tiga tahun dalam penantian. Selalu saja ada yang membuat sang suami tidak bahagia. Makanan yang Yun Ok persiapkan tidak menyenangkan hatinya. Apa yang dikatakan penuh kelembutan oleh Yun Ok pun juga tidak didengarkannya. Dalam kecurigaan, Yun Ok mengendap-endap untuk mengetahui apa yang sang suami lakukan di sawah seharian. Sang suami hanya duduk termangu, menatap hamparan padi dengan tatapan kosong. Membisu. Sang suami bukanlah sosok pria lembut yang pergi tiga tahun sebelumnya!

Bergegas Yun Ok menuju ke seorang petapa gunung yang dikenal karena kehebatannya dalam membuat ramuan pelunak hati. Dengan hati sedih, ditumpahkannya seluruh kesedihan hatinya. “Hal ini memang kadang-kadang terjadi pada orang-orang muda yang pulang dari perang,” aku sang petapa.

“Tolong, buatkan ramuan untuk pelunak hati suamiku,” pinta Yun Ok.

“Datanglah tiga hari lagi,” jawab sang pertapa dengan cepat.

Tiga hari kemudian, Yun Ok kembali, dan sang pertapa pun berkata, “Ramuan tersebut dapat dibuat. Datanglah kepadaku dengan satu helai kumis harimau. Dan harus kamu ketahui, kumis itu harus kamu ambil dari harimau yang hidup. Kalau kami membawanya kepadaku, aku akan memberikan ramuan yang kamu butuhkan.

Yun Ok kaget seperti tersambar petir, “Sehelai kumis harimau? Bagaimana mungkin aku mendapatkannya?”

“Jika kamu memang menghendaki ramuan tersebut, kamu akan berhasil mendapatkannya,” sang pertapa menjawab tanpa berpanjang kata. Tanpa menatap wajah Yun Ok yang kebingungan, pertapa tersebut berjalan terseok-seok ke gubugnya.

Yun Ok pulang dan berpikir keras tentang cara bagaimana mendapatkan sebatang kumis harimau tersebut. Malam berikutnya, dia mengendap-endap keluar rumah dengan semangkok nasi dan masakan daging di tangannya. Dengan perasaan gundah dia menuju ke sebuah gua di luar desa di mana seekor harimau dikabarkan tinggal. Berdiri dari luar gua, dia berseru-seru memohon sang harimau untuk keluar. Namun, tidak ada yang menyambutnya.

Malam berikutnya, Yun Ok pergi ke gua yang sama. Kali ini dia satu langkah lebih dekat ke mulut gua, sambil menawarkan masakan segar seperti malam sebelumnya. Tiap-tiap malam berikutnya, dia semakin dekat ke mulut gua, lengkap dengan makanan untuk sang harimau. Pelan-pelan, sang harimau merasa terbiasa dengan kehadiran sang wanita tersebut.

Suatu malam, Yun Ok telah semakin dekat dengan gua tersebut, ketika sang harimau berjalan ke arahnya. Keduanya saling melempar tatapan. Beberapa malam berikutnya, mereka semakin dekat satu sama lain, hingga kedua pasang mata mereka sampai saling menatap dengan jelas, di bawah sinar bulan purnama. Yun Ok berbicara dengan hangat kepada sang harimau tersebut. Malam berikutnya, setelah menatap mata Yun Ok, sang harimau mulai makan makanan yang dibawa oleh Yun Ok.

Dengan segera, mereka mulai akrab. Sang harimau akan menunggu Yun Ok di tempat mereka bertemu. Yun Ok akhirnya bisa mengelus-elus kepala harimau tersebut. Hampir enam bulan berlalu, ketika Yun Ok berkata dengan begitu hati-hati, “Harimau sayang, aku harus meminta salah satu kumismu. Jangan marah kepadaku ya.”

Dan Yun Ok pun akhirnya memotong satu helai kumis sang harimau.

Sang harimau tidak marah sama sekali, dan dengan penuh kegembiraan, sang wanita bergegas pulang. Pagi berikutnya, Yun Ok kembali ke pertapa, sambil menyerahkan persyaratannya, “Ini satu helai kumis sang harimau. Buatlah suamiku mencintaiku kembali, jadikanlah dia jadi pria yang lembut kembali!”

Sang pertapa meneliti helai kumis harimau tersebut dengan penuh kehati-hatian, dan bertanya bagaimana cara Yun Ok telah mendapatkan kumis tersebut. Ketika puas dengan jawaban, sang pertapa tersebut berbalik dan membuat satu helai kumis harimau tersebut ke perapian.

“Apa yang telah engkau lakukan? Bagaimana engkau membuat ramuan tanpa satu helai kumis harimau tersebut?” Yun Ok bertanya sambil berurai air mata. “Aku ingin suamiku kembali!”

“Ramuannya sudah jadi. Sama persis dengan cara kamu menjinakkan harimau, jinakkanlah suamimu,” jawab sang pertapa, sambil menyuruh wanita tersebut pulang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun