Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Aku dan Sejarah Kekerasan

14 April 2020   16:50 Diperbarui: 14 April 2020   16:52 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel itu setebal 366 halaman. Selesai baca dua hari. Sebenarnya, seharipun selesai, tetapi aku benar tak kuasa membacanya langsung habis. Berbeda ketika aku membaca novel Seumpama Matahari karya Arafat juga.

Novel itu selesai kubaca 4 jam. Untuk saat ini, aku sedang merampungkan Percikan Darah di Bunga karya Arafat. Sedikit cerita, yaitu berkisah tentang keluarga Meula yang mendapat musibah kematian dari tentara. Meula diperkosa, Mas. Ibu dan ayahnya ditembak. 

Terceritakan nasib Meula demikian itu, datanglah seorang lelaki berprofesi dokter mencintainya. Dokter itu baik sekali---mau menerima keadaan Meula sebagaimana adanya. Namun, sayang kisah asmara mereka berakhir dengan kesedihan. Meula telah pergi dengan amat mengenaskan. 

Dia dibunuh di rumahnya oleh pasukan tentara. Sebelum itu, apa yang dilakukan tentara padanya, tidak terceritakan. Yah, mungkin ini privasi pengarang. Sebab, 70% kisah novel adalah potret kehidupan.

Di novel Lolong Anjing di Bulan, Mas, ada Nazir. Dialah tokoh episentrum cerita. Dia berkuasa---bercerita tentang keluarganYa, kegiatan sehari-harinya, kejiwaannya, kisah asmaranya dengan Zulaiha, dan insiden-indisen yang dia alami.

Nazir ini, Mas saat perang terjadi masih anak-anak. Dia duduk di bangku SD. Namun jangan salah, anak sedini itu sudah dibebani tanggung jawab yang berat. Setiap hari, ada tugas wajib untuk mengambil air di alur untuk memasak dan minum, tugas membantu Nenek-Kakeknya di kebun dekat rumah, membantu Ayahnya di ladang, belum lagi tugas sekolah. 

Aku salut, dia mampu melaksanakan. Dia sangat pemberani. Kalau dia ada di kehidupan nyata, aku ingin bertemunya. Aku akan berpesan padanya untuk senantiasa berbakti pada kedua orang tua dan negara. 

Aku juga akan bertitip pesan supaya kalau bertemu pemerintah mengingatkan kalau orang-orang di kampungnya telah banyak membantu negara. Pesawat, bongkahan emas, dan beberapa uang demi kemajuan Indonesia. Kalau mereka tidak berkutik, tembak saja. Hahaha.

Aku jadi ingat, kemarin itu ada siaran di televisi bahwa salah satu orang Aceh yang turut menyumbang pesawat pertama untuk Indonesia menemui presiden kita. 

Nyak Sandang bersama putra ketujuhnya datang ke Istana, beliau menunjukkan salah satu penghargaan, dan mengajukan beberapa permintaan. Yaitu keinginan naik haji, penyembuhan katarak, dan pembangunan masjid di kampungnya. Alhamdulillah, pertemuan itu berbuah baik, Mas. Presiden kita memenuhi permintaannya.

Mas, tentang cerita ini merupakan sejarah Aceh yang benar terjadi. Namun, karena novel bersifat fiksi tentu ada ruang-ruang imaji pengarang di dalamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun