Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tukang Goda

17 Desember 2018   21:48 Diperbarui: 17 Desember 2018   21:56 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku duduk bersama angin sepi. Ku lihat kunang-kunang mulai menari menghias malam. Di sebuah rumah, tak jauh dari tempat sepasang suami-istri dimakan truk, nampaklah seorang perempuan tua menggendong anak. Tiga bulan, usia anak itu. Jalannya sempoyongan.

Perempuan itu menyisiri keringnya malam sembari menggerutu. Tak ku tahu, apa yang terjadi pada perempuan itu. Sementara anak yang digendong tak berhenti menangis. Beberapa orang tengah bersamaku mulai menelanjangi perempuan berwajah bulat telur itu. Kemudian mereka berkumpul di sebuah pohon besar. Ya, pohon yang dipercaya masyarakat sekitar mampu mengabulkan dan memberi petunjuk suatu hal.

Pak Toyo, orang tertua di antara 3 orang lainnya melangkah lebih dulu. Sementara sisanya tak henti menelanjangi perempuan itu. Mereka tak mau kehilangan jejaknya. Sebelum memasuki gang kecil, salah seorang laki-laki garang memanggil perempuan. Sayang, angin malam membawa kabur suara laki-laki itu. Perempuan itu hampir di bibir gang. Karena tidak terima ada orang asing yang masuk di sekitar desa, laki-laki itu mengejarnya.

Dari belakang perempuan itu cantik. Lihat saja pantatnya, batin salah satu lelaki. Apalagi rambutnya. Ketika terusik angin, mulai menari-nari sendiri.

"Berhenti!" teriaknya.

"Hahahaha, mau ke mana kamu?" goda laki-laki itu sebelum perempuan benar-benar menampakkan bulan purnamanya.

Aku sedari duduk di pojok warung, sengaja mencuri waktu. Kuikuti gerak-gerik empat lelaki brandal itu. Ya, lelaki yang biasa menodong di pasar dan menggoda gadis desa. Aku masih ingat, ketika baru memasuki usia 6 tahun, Siti, anak Pak Lurah menjadi korban. Korban virus cinta hingga batal kawin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun