Sejak ide musik pertama kali diciptakan, manusia selalu ada dibelakang layar untuk membuatnya. Namun sejak tahun 1957 konsep itu telah dipecahkan oleh Leonard Isaacson dan Lejaren Hiller yang membuat lagu pertama yang dibuat menggunakan AI. Salah satu penggunaan AI dalam dunia musik Adalah Autotune. Autotune Adalah alat perangkat lunak yang digunakan oleh Musisi untuk menyesuaikan vokal mereka dengan kunci lagu mereka. Kehadiran Autotune dalam dunia musik langsung membuat pertanyaan besar dalam komunitas kritik dan penggemar musik: apakah teknologi ini merupakan bantuan penting dalam produksi musik, atau justru merusak orisinalitas musik itu tersebut?
Menurut saya, Autotune dalam dunia musik sangat berguna karena membantu prosedur dalam menjaga kestabilan vokal sang vokalis. Misalnya, Ketika sesi rekaman membutuhkan waktu dua hari dan kondisi penyanyi berubah dari hari ke hari, si produser dapat menggunakan Autotune untuk menyesuaikan vokal kedua hari tersebut agar sesuai dengan kunci lagu. Teknologi ini juga mempercepat proses produksi dan mengurangi kebutuhan untuk mengurangi kebutuhan untuk merekam ulang vokal. Namun, banyak Musisi dan kritikus menilai penggunaan Autotune berlebihan dapat merusak orisinalitas, membuat penyanyi kehilangan identitas suara alami, dan menurunkan standar keterampilan vokal. Bahkan penyanyi besar seperti Olivia Rodrigo dan Britney Spears yang dikritik karena kualitas vocal live mereka jauh berbeda dengan rekaman studio yang dipoles dengan Autotune.
Jika dibandingkan dengan musisi zaman dulu, perbedaan ini sangat jelas. Penyanyi legendaris seperti Whitney Houston, Freddie Mercury, Aretha Franklin, dan Chrisye mampu tampil memukau tanpa bantuan teknologi koreksi nada berkat teknik vokal dan latihan disiplin. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa banyak artis modern bergantung pada Autotune---apakah karena tuntutan industri yang cepat atau karena keterampilan vokal bukan lagi prioritas. Meski begitu, ada juga musisi seperti T-Pain yang secara terbuka menggunakan Autotune sebagai ciri khas musikalnya. Walaupun pernah dikritik, ia berhasil membuktikan kualitas vokalnya dalam penampilan akustik tanpa Autotune, sehingga keterbukaannya justru membuat publik lebih menghargai karyanya.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan Autotune dalam musik memiliki dua sisi. Di satu sisi, ia adalah alat bantu yang sangat bermanfaat bagi produser dan penyanyi untuk menghasilkan rekaman yang konsisten dan berkualitas. Di sisi lain, penggunaan berlebihan dan diam-diam justru mengurangi kepercayaan publik terhadap musisi. Terlebih, jika kita melihat musisi zaman dulu yang mampu bernyanyi dengan luar biasa tanpa teknologi, maka alasan artis modern menggunakan Autotune seharusnya jelas: bukan untuk menipu, melainkan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan industri dan gaya musik saat ini. Karena itu, Autotune sebaiknya dipakai secara terbuka dan jujur, bukan dengan cara disembunyikan. Seperti contoh T-Pain, keterbukaan membuat pendengar lebih menghargai karya seniman tanpa merasa tertipu. Dengan demikian, Autotune bisa diterima sebagai inovasi, asalkan penggunaannya jujur, proporsional, dan tidak merusak esensi kreativitas manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI