Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Seperti Mimpi

10 Januari 2021   18:04 Diperbarui: 10 Januari 2021   18:24 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sialnya, aku beberapa kali teledor dalam mengisi forum di Kompas. Aku telah berinisiatif untuk menulis artikel satu kali seminggu, dan aku telah lupa tiga kali, dan malam ini, aku harus menebus semuanya.

Jadi selama hujan diluar sana menguap, aku masih berbaring diatas kasur sembari menekan tuts-tuts keyboard, memikirkan apa yang harus aku tulis, dan jujur, aku kehilangan banyak ide untuk dituang, ia laksana hujan yang dimakan mentari, hilang menjadi uap.

Namun aku juga harus terus menulis, aku memiliki impian yang harus aku kejar, memiliki masa depan yang menantiku jauh disana, dan mau tidak mau, aku harus merentangkan tanganku, menerima apa yang akan terjadi esoknya dengan menyulam takdir itu sejak dini.

Bagiku sendiri, pengejaran mimpi adalah salah satu keberanian terhebat yang pernah diciptakan umat manusia, dari tindakan yang kecil itu lahirlah hal-hal baru yang besar dan merubah kehidupan banyak orang, menjadikan sebuah jalan untuk mimpi-mimpi yang baru.

Mimpi, seperti namanya adalah sebuah visualisasi tentang kita akan jadi apa di masa depan, tidak akan pernah ada yang tahu apakah tujuan itu akan tersampaikan atau impian tersebut akan kandas di tengah jalan. Akan ada begitu banyak cobaan yang kita tempuh, satu per satu bermunculan seperti awan yang menghalangi mentari.

Terkadang aku juga berpikir kenapa kita harus mengejar hal yang tidak pasti. Kau tahu? Mimpi ataupun impian seolah untuk orang-orang bodoh, kita menerjang banyak hal untuk sesuatu hal yang tidak pasti, mengorbankan banyak waktu kita, pikiran, tenaga, juga kesehatan mental kita, untuk hal yang bahkan kita tidak tahu apakah bisa tercapai atau tidak.

Sepertinya, memiliki impian sama seperti mencintai. Kalian mungkin pernah merasakannya, kalian berharap memiliki orang yang kalian cintai, mengorbankan hari demi hari untuk mendapatkan perhatiannya, mengorbankan banyak waktu untuk mendapatkan moment yang pas saat bersamanya, mengorbankan tenaga, juga pikiran hanya untuk dia yang entah melakukan hal yang sama kepadamu atau tidak. Dan yang parah, ketika kalian telah menghabiskan semua yang kalian miliki, takdir berkata lain, ternyata suratan takdirnya bukan bersamamu, melainkan bersama lelaki lain.

Pada suatu masa, ketika hal mengerikan itu terjadi, kita mungkin hanya bisa menghela napas, melihat impian kita bersama orang lain, mekar untuk orang lain, dan aromanya untuk orang lain. Dan ketika takdir itu telah terjadi, kita mungkin hanya bisa menarik napas dan berkata.....

Setidaknya aku pernah berjuang....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun