Mohon tunggu...
Didi Widyo
Didi Widyo Mohon Tunggu... Administrasi - ASN Pendidik

Pendidik, Trader

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

One Young World: Belajar dari Kasus Putri Fadli Yon, Putri Minta Antar

1 Juli 2016   10:55 Diperbarui: 3 Juli 2016   12:44 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="oywvsputri"][/caption]

Sampai hari ini masih saja ada media yang menulis tentang kasus putri Fadli Zon, "Putri Minta Antar", termasuk tulisan ini. wk..  Membaca beberapa tulisan dimaksud saya teringat program One Young World (OYW) beberapa tahun tahun lalu di Pittsburgh  yang diikuti juga oleh delegasi/ambassador, pelajar, mahasiswa dan anak muda dari Indonesia. 

Apa One Young World?

One Young World didirikan pada tahun 2009 oleh David Jones dan Kate Robertson, sebuah badan amal yang berbasis di Inggris yang setiap tahun mengumpulkan  para pemimpin muda cemerlang dari seluruh dunia, memberdayakan mereka untuk berjejaring membuat perubahan positif. Setiap tahun menggelar sebuah summit  mengajak mereka anak muda berbakat dan atau entrepreneur muda, LSM, universitas dan organisasi bergabung dan bertemu dengan para pemimpin dunia.

Salah satu sesi di dalam summit tersebut adalah sesi debat untuk merumuskan dan berbagi solusi inovatif untuk masalah-masalah mendesak yang dihadapi dunia. Saat itu yang hadir adalah Bill Clinton, Uskup Agung Emeritus Desmond Tutu, Sir Bob Geldof, Kofi Annan, Sir Richard Branson, Profesor Muhammad Yunus, Jamie Oliver, Jack Dorsey dan Arianna Huffington. 

Panitia Memaksa Delegasi untuk Mandiri

Saat itu yang menjadi delegasi Indonesia adalah delapan mahasiswa berprestas (Mawapres). Tidak seperti kegiatan pada umumnya, yang biasanya panitia menyediakan mulai dari pengurusan administrasi keberangkatan, pemesanan tiket, penjemputan, akomodasi dan lain-lain layaknya rombongan tour.

Regulasi dari panitia, peserta membayar biaya yang diperlukan dan panitia yang menentukan hampir semuanya. Disinilah bedanya. 

Ali-alih diterbangkan bersama, disediakan penjemput atau guide, panitia membelikan tiket dari maskapai yang berbeda, rute dan waktu yang berbeda dan penginapan yang berbeda. Hanya apabila tidak ada pilihan, sebagian peserta bertemu di titik transit tertentu. Ke delapan peserta Delegasi Indonesia tentu saja agak risau pada awalnya. Namun dengan penjelasan dari panitia atau dari perwakilan panitia di Indonesia, mereka dapat memahami, walau tetap saja deg-degan.

Apa yang dirancang oleh panitia pada dasarnya adalah dari awal telah membentuk dan memaksa kemandirian. Kemandirian anak muda yang bisa jadi jarang ditemukan. Kita tahu bahwa anak-anak kita, walau sudah menjadi mahasiswa, lebih sering tergantung kepada orang tua, orang lain atau fasilitasi. Demikian pula para orang tua.

Para orang tua sering over protective kepada anak. Anak dinilai atau dianggap seperti anak TK yang harus selalu didampingi kemanapun dia pergi, apalagi pergi jauh. Ketika mengetahui skenario keberangkatan, banyak orang terutama yang anaknya putri, menyampaikan kekawatirannya dan bahkan ada yang keberatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun