Mohon tunggu...
Maysha Shareen Hasnul
Maysha Shareen Hasnul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara

Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Memimpin Inovasi di Sektor Publik: Bagaimana Indonesia dapat Mendorong Solusi Pemerintah yang Kreatif

21 Mei 2024   12:24 Diperbarui: 21 Mei 2024   12:24 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Unsur kepemimpinan adalah "daging" dari organisasi sektor publik karena gaya kepemimpinan yang efektif dapat memberikan pengaruh signifikan dalam mencapai tujuan organisasi. Pendekatan kepemimpinan adalah teori yang menjelaskan perilaku dan pengaruh pemimpin terhadap orang lain. Pertama, pendekatan sifat, berfokus pada karakteristik pribadi pemimpin yang efektif, seperti kecerdasan, karisma, dan ketegasan. Kedua, pendekatan behavioral, berfokus pada gaya kepemimpinan, seperti otoriter, demokratis, dan laissez-faire, serta dampaknya terhadap kinerja dan kepuasan karyawan. Terakhir, pendekatan transformasional, berfokus pada kemampuan pemimpin untuk menginspirasi dan memotivasi pengikutnya mencapai tujuan lebih tinggi, dengan karakteristik seperti karisma, visi, dan idealisme.

Kepemimpinan yang efektif mampu mengarahkan, menginspirasi, dan memotivasi anggota organisasi, menciptakan lingkungan kerja positif yang mendukung perkembangan profesional dan inovasi. Sebaliknya, kepemimpinan yang tidak efektif dapat menghambat pencapaian tujuan, menurunkan kinerja, dan moral anggota organisasi. Ini menekankan pentingnya memilih dan mengembangkan pemimpin dengan kemampuan dan visi yang jelas untuk memajukan organisasi sektor publik. Indonesia menghadapi krisis kepemimpinan transformatif akibat kemerosotan moralitas bangsa, tercermin dalam praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang marak. Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Indonesia, menyoroti korupsi sebagai masalah serius yang melemahkan anggaran negara dan hak rakyat. Perlunya perbaikan dalam pemberantasan korupsi tercermin dalam peringkat rendah Indonesia pada Indeks Persepsi Korupsi. Menurut Kementerian Dalam Negeri, ada 343 pemimpin daerah yang terlibat dalam berbagai kasus hukum dengan jaksa, polisi, dan KPK.

Menurut Bernard M. Bass, kepemimpinan transformasional memiliki empat ciri utama. Pertama, pengaruh ideal, di mana pemimpin memiliki visi yang jelas dan kuat serta mampu mengartikulasikannya dengan cara yang menginspirasi. Kedua, motivasi inspirasional, di mana pemimpin memotivasi orang-orang untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dengan menantang mereka untuk melampaui ekspektasi serta menanamkan rasa otonomi dan tanggung jawab. Ketiga, stimulasi intelektual, di mana pemimpin mendorong pemikiran kreatif dan inovatif di kalangan karyawannya, menciptakan lingkungan yang aman bagi pengikutnya untuk mengambil risiko dan mencoba ide-ide baru. Keempat, pertimbangan individual, menunjukkan bahwa pemimpin peduli dan menghormati pengikutnya sebagai individu, memahami kebutuhan dan motivasi mereka, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk membantu mereka berkembang. Pemimpin yang menunjukkan karakteristik kepemimpinan transformasional di sektor publik pada era reformasi sangat diperlukan. Pemimpin semacam ini memiliki kemampuan untuk memperlihatkan kepedulian yang tulus terhadap masyarakat yang mereka pimpin, bahkan ketika mereka dihadapkan pada tantangan dan ancaman dari berbagai pihak yang memiliki pandangan politik yang berbeda. Dengan adanya pemimpin yang transformasional ini, masyarakat dapat merasakan adanya perhatian dan dukungan yang nyata dari pemimpinnya. Hal ini tidak hanya membantu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat, tetapi juga memberikan harapan baru terhadap krisis kepemimpinan dan mengurangi ketidakpercayaan masyarakat kepada pemimpinnya. Kepemimpinan yang peduli dan inklusif ini berpotensi menciptakan iklim yang lebih positif dan konstruktif di tengah dinamika politik yang seringkali penuh dengan konflik dan perbedaan pendapat.

Citra pemimpin transformatif terlihat pada kinerja Tri Rismaharini atau biasa disebut Bu Risma, Wali Kota Surabaya. Beliau memiliki visi yang baik untuk masa depan, mampu mengenali perubahan lingkungan dan menerapkan perubahan tersebut ke dalam organisasi, memotivasi dan menginspirasi individu dalam organisasi, kreatif dan inovatif, mampu memperbarui kinerja manajemen, serta berani bertindak dengan penuh tanggung jawab. Penduduk Surabaya sangat mendukung upaya Bu Risma dalam konteks peningkatan kesejahteraan masyarakat, terbukti dari adanya keterlibatan seluruh masyarakat melalui program beliau. Selain terlibat langsung dalam berbagai kegiatan, Bu Risma juga sangat fokus pada pengembangan ekonomi masyarakat kecil melalui program Pemberdayaan Perempuan dari Keluarga Miskin (Gakin) oleh BAPEMAS & KB. Program ini memberikan pelatihan dan pendampingan bagi perempuan untuk meningkatkan keterampilan dan taraf hidup mereka, serta memberdayakan mereka untuk berkontribusi lebih kepada komunitas. Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya menawarkan peluang ekonomi tetapi juga membangun kepercayaan dan partisipasi masyarakat. Bu Risma selalu memastikan program-program ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menunjukkan bahwa kepemimpinan yang peduli dan inovatif dapat meningkatkan kesejahteraan dan partisipasi komunitas. 

Pemimpin perempuan seperti Bu Risma menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah domain eksklusif laki-laki dan  perempuan juga memiliki kemampuan dan kapasitas  untuk memimpin secara efektif. Keberhasilan  Bu Risma sebagai pemimpin transformasional membuktikan bahwa keterlibatan perempuan dalam posisi kepemimpinan dapat menciptakan perspektif dan pendekatan yang berbeda namun sangat efektif dalam menyelesaikan berbagai tantangan. Partisipasi perempuan dalam posisi kepemimpinan memperkaya proses pengambilan keputusan, mendorong lebih banyak inklusivitas, dan  pada akhirnya berkontribusi terhadap pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan. Mendorong lebih banyak perempuan untuk mengambil peran kepemimpinan akan menciptakan lingkungan yang setara dan inklusif di mana setiap orang mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi penuh tanpa dibatasi oleh faktor gender.

Ada beberapa langkah strategis yang dapat diambil untuk mendorong tata kelola kreatif di Indonesia. Pertama, membangun budaya inovasi di sektor publik dengan mendorong pemikiran yang berfokus pada solusi dan menghargai inovasi. Kedua, memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan melalui kemitraan publik-swasta dan partisipasi masyarakat sipil. Ketiga, mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Keempat, memperkuat kapasitas talenta dengan melakukan pelatihan dan pengembangan, serta menarik talenta terbaik. Kelima, menumbuhkan budaya belajar dan berbagi pengetahuan dengan membangun komunitas praktisi, serta menyebarkan pengetahuan dari proyek-proyek inovatif. Mendorong solusi kreatif di Indonesia membutuhkan komitmen kuat dari pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil. Melalui kerja sama, langkah-langkah strategis dapat dipilih dan diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan solusi inovatif. Dengan pendekatan adaptif, Indonesia dapat memajukan pengembangan solusi tata kelola inovatif dan berkelanjutan, yang berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun