Mohon tunggu...
Maylina Khansa
Maylina Khansa Mohon Tunggu... Master of Public Health Universitas Gadjah Mada

If you value stories that connect knowledge with real-life experiences, you’re in the right place. As a midwife with a passion for learning and sharing, I write to inspire reflection, spark dialogue, and encourage positive change

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Galon Sekali Pakai: Praktis Untuk Kita, Bencana Untuk Lingkungan?

1 Oktober 2025   11:03 Diperbarui: 1 Oktober 2025   11:03 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Ilustrasi galon air minum (Sumber: pngtree)

Pada tahun 2020, sebuah inovasi galon air mineral sekali pakai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia oleh salah satu produsen air minum. Sebelum inovasi ini muncul, masyarakat telah mengenal konsep guna ulang menggunakan galon berbahan Bisphenol A (BPA) dengan cara menukarkan galon kosong ke toko atau distributor resmi ketika hendak membeli air minum dengan merek serupa yang memiliki segel asli. Galon jenis ini dipandang lebih ramah lingkungan sebab memanfaatkan konsep penggunaan ulang, namun tidak sedikit pula masyarakat yang meragukan kebersihannya—terlebih jika diisi melalui depo penyedia air minum isi ulang diluar distributor resmi. Selain itu isu mengenai dampak buruk bahan BPA untuk kesehatan juga menjadi pertimbangan konsumen beralih menggunakan galon air mineral sekali pakai.

Galon air mineral sekali pakai berbahan Polyethylene Terephthalate (PET) menawarkan Solusi dari kekhawatiran masyarakat berupa galon plastik yang dijamin selalu baru, tutup ulir kedap udara dan tentunya praktis tinggal buang jika sudah habis. Bahan plastik PET yang digunakan memang aman untuk sekali pakai, tetapi bukan berarti tidak memiliki risiko sama sekali. Saat terpapar panas atau sinar matahari, PET dapat melepaskan zat kimia yang berpotensi mencemari air minum (Dhaka, V et al., 2022). Kondisi ini tidak hanya mengurangi kualitas air, tetapi juga bisa berdampak pada kesehatan manusia.

Konsep praktis ini juga cocok bagi orang yang memiliki hidup nomaden atau sering berpindah-pindah. Daripada repot membawa galon kosong kesana kemari, mereka memiliki kecenderungan untuk membeli galon air mineral sekali pakai setibanya di tempat tujuan dan membuangnya ketika sudah habis atau ketika hendak berganti destinasi. Konsep ini tampak membuat hidup lebih mudah, bukan? 

Tapi, coba bayangkan berapa banyak plastik yang terbuang setiap kali satu rumah tangga menghabiskan satu atau dua galon dalam seminggu. Kalau dikalikan dengan jumlah rumah tangga di Indonesia, tentu akan menjadi persoalan limbah baru yang perlu diurus.

Galon sekali pakai ini selain didukung oleh masyarakat yang memilih nilai praktis, tentu juga menimbulkan kontra juga dari sudut pandang pemerhati lingkungan. Alih-alih mendukung konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) galon berbahan PET ini justru dinilai menjadi potensi bertambahnya volume sampah plastik yang dihasilkan. Dikutip dari laman Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampah plastik menempati urutan terbanyak nomor dua setelah sampah sisa makanan.

Gambar 2. Komposisi Sampah Berdasarkan Jenis Sampah Tahun 2024 Sumber: SIPSN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Gambar 2. Komposisi Sampah Berdasarkan Jenis Sampah Tahun 2024 Sumber: SIPSN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Pemerintah sendiri sudah mengatur pengolahan sampah pada PP No.81 tahun 2012, diatur pada pasal 11 ayat 1 tentang pembatasan timbulan sampah dengan cara menggunakan barang atau kemasan yang mudah terurai alam, membatasi penggunaan kantong plastik serta menghindari penggunaan barang atau kemasan sekali pakai. Namun fakta di lapangan, belum selaras dengan peraturan yang berlaku. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan angka kontribusi plastik terhadap sampah di Indonesia yang awalnya sejumlah 15,88% pada tahun 2019 hingga menyentuh angka 19,69% pada tahun 2024 berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Banyak orang mungkin berpikir, “Kan bisa didaur ulang?” 

Betul, daur ulang memang solusi. Tapi kenyataannya tidak semua galon plastik berhasil masuk ke jalur daur ulang. ZeroWaste Center melaporkan bahwa dari total produksi sampah plastik tahunan (sekitar 6,8 juta ton), hanya sekitar 10% yang sampai ke pusat daur ulang. Belum lagi sebagian orang akan memilih jalur membakar sampah plastik sebagai langkah cepat untuk memusnahkan. Padahal tindakan  ini juga dapat mencemari air dan tanah akibat zat kimia beracun yang timbul dari proses pembakaran tersebut. Lingkungan yang tercemar plastik akan berdampak pada kualitas air, udara, dan pangan. Pada akhirnya, kita sendiri sebagai masyarakat yang akan merasakan akibat dari meningkatnya paparan bahan kimia berbahaya dan mikroplastik.

Apa yang bisa kita lakukan?

  • Hindari membakar galon plastik atau kemasan plastik sekali pakai lainnya karena dapat mencemari lingkungan sekitar dan membawa pengaruh buruk untuk kesehatan
  • Jika memang harus membeli galon sekali pakai secara rutin dengan jumlah yang banyak, usahakan membawa galon-galon plastik yang sudah kosong tersebut ke bank sampah atau fasilitas daur ulang
  • Memberi edukasi pada keluarga atau masyarakat disekitar kita tentang pentingnya mendaur ulang sampah plastik dan bijak dalam menggunakan plastik

Namun, upaya ini tidak cukup jika hanya mengandalkan perilaku masyarakat sebagai konsumen. Produsen juga harus berkomitmen menciptakan kemasan yang benar-benar ramah lingkungan, mengembangkan sistem daur ulang yang baik pada tiap daerah, serta transparan dalam mengelola limbah produksinya. Pemerintah pun berperan penting melalui penetapan regulasi yang tegas dan pemberian edukasi pengelolaan sampah pada masyarakat. Dengan kerja sama dari berbagai pihak, kenyamanan memperoleh sumber air minum tetap bisa dinikmati tanpa mengorbankan kesehatan lingkungan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun