Mohon tunggu...
Maya Sari
Maya Sari Mohon Tunggu... Wiraswasta - banyak kekurangan namun selalu berupaya menjadi yang terbaik

seorang wanita tangguh

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kekhawatiran SBY yang Kian Menjadi Nyata

30 Mei 2019   13:04 Diperbarui: 30 Mei 2019   13:12 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama bulan Ramadhan ini, selain menahan haus dan lapar, saya juga lebih banyak berpuasa menulis. Apa sebab? Karena saya takut apa yang hendak saya tulis menimbulkan kemudharatan yang bisa merusak amalan puasa saya.

Akan tetapi, saya terpancing untuk menulis melihat perkembangan dewasa ini, khususnya bangsa ini, pasca pilpres sungguh sangat mengkhawatirkan. Kemarin pasca penetapan hasil rekapitulasi suara nasional oleh KPU, 8 anak bangsa kehilangan nyawa. Kini, ancaman disintegritas kembali menyeruak. Semahal itukah harga kursi presiden yang kita perebutkan, sehingga kita tega menggadaikan persaudaraan, persatuan, dan kesatuan bangsa kita?

Saya ingat, awal-awal Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menjajaki koalisi dengan Prabowo. Dengan tegas saat itu, SBY mengatakan dan mengajak semua pihak untuk tidak bermain-main dengan politik identitas. Meskipun politik identitas merupakan hal yang tidak haram, akan tetapi jika salah dalam pengelolaannya akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Sebagai seorang teman seperjuangan, SBY juga tegas mengingatkan jika ada tindak-tanduk kubu 02 yang terkesan mempolitisasi politik identitas secara ekstrim. Buktinya, SBY menyurati petinggi Partai Demokrat untuk memberikan saran kepada Prabowo agar menggunakan gaya kampanye yang mengakomodir dan mencerminkan pemimpin yang bisa mengayomi semua kalangan, etnis, dan agama. Apakah SBY dan Demokrat tidak takut kehilangan suara? Dimana disaat yang bersamaan kubu 02 selalu mengeksploitasi politik identitas?

Banyak yang lupa, selain mantan presiden RI dan Ketua Umum Partai Demokrat, SBY merupakan purnawirawan TNI. Dimana di dalam dirinya telah terpatri Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 8 wajib TNI yang akan dibawanya hingga akhir hayatnya. Dimana dalam Sapta Marga poin dua mengatakan, "Kami Patriot Indonesia, mendukung serta membela Ideologi Negara yang bertanggung jawab dan tidak mengenal lelah".

Dalam Sumpah Prajurit poin satu mengatakan, "Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945," dan dalam poin terakhir 8 wajib TNI mengatakan, "Demi Allah saya bersumpah/berjanji, menjadi contoh dan melopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya". Itulah prinsip yang dipegang teguh oleh seorang prajurit. Jangankan suara parpol yang turun, nyawa sekalipun jika bangsa ini memanggil akan diberikannya.

SBY bukanlah seorang cenayang atau ahli ramal. SBY juga bukan seorang time traveler atau penjelajah waktu yang dapat melihat masa depan. Akan tetapi, SBY adalah Presiden RI keenam dua periode pertama pasca reformasi yang sangat paham bagaimana ketirnya menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa ini. Satu catatan penting, kesepakatan damai Aceh kembali kepangkuan Ibu Pertiwi terjadi di masa kepemimpinan SBY.

Sepertinya hal SBY, saya juga berkeyakinan Prabowo juga merupakan seorang patriot yang hingga saat ini masih memegang Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 8 wajib TNI. Hanya saja, Prabowo saat ini tengah bimbang menghadapi orang-orang disekelilingnya. Dalam seni berperang, pengambilan keputusan adalah faktor dan kunci sukses keberhasilan sebuah misi. Semakin lama-lama Prabowo mengambil keputusan, semakin besar disintegrasi bangsa yang dipertaruhkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun