Mohon tunggu...
Maya Sari
Maya Sari Mohon Tunggu... Wiraswasta - banyak kekurangan namun selalu berupaya menjadi yang terbaik

seorang wanita tangguh

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kesalahan Demokrat yang Wajib Diamalkan

24 Januari 2019   15:32 Diperbarui: 24 Januari 2019   15:41 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak bisa disangkal, jika pertarungan Pemilu Serentak 2019 menyisakan sejumlah permasalahan pelik. Tidak hanya permasalahan saling sikut antar peserta pemilu dengan yang lainnya. Tapi lebih mendasar, moral bangsa ini sedang diujung tanduk.

Perhatikan saja, saat ini orang dengan gampang menuduh yang ini baik dan yang lainnya bejat. Orang-orang gampang menyebar berita bohong, apakah untuk menjatuhkan lawannya atau untuk memenangkan calonnya. Hal ini tidak hanya terjadi di akar rumput, bahkan tuan-tuan yang merasa punya wewenang atas republik ini juga melakukannya.

Tuan-tuan yang harusnya berlaku bijaksana atas rakyatnya, malah hari ini menampakkan kebejatannya. Dengan gampang mereka menafikkan pembangunan atas negara yang belum genap berumur seratus tahun seolah baru terjadi hari ini. Seakan negara ini dibangun layaknya cerita pembangunan Candi Prambanan yang dibangun dalam masa satu malam.

Siapa yang salah? Menurut saya yang salah adalah Demokrat. Karena dalam masa sepuluh tahun Demokrat hanya bekerja, menghindari sorot kamera, dan tidak menikmati kelap-kelip lampu kamera.

Mari kita cek dan ricek. Pada tahun 2014, Presiden RI keenam yang saat ini juga Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan 12 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) baru sekaligus. Mulai dari ujung barat hingga ujung timur. Tidak dicicil demi pencitraan seperti apa yang dipertontonkan hari ini.

Ada juga cerita tentang persemian 'glondongan' yang dilakukan pada masa pemerintahan SBY. Dalam satu momen SBY meresmikan sekaligus 33 proyek senilai Rp 53 Triliun. 33 proyek tersebut merupakan Master plan Percepatan Perluasan Pembangunan Indonesia.

Begitu juga saat Bandara Kualanamu, Sumatera Utara diresmikan. Disaat yang bersamaan SBY meresmikan lima bandara lainnya yang ada di Indonesia. Ada juga peresmian-peresmian yang diwakilkan kepada menteri terkait. Ini baru sepenggal cerita tentang peresmian yang dilakukan era SBY.

Andaikan saat itu orang-orang partai memberikan masukan kepada SBY tentang arti pentingnya pencitraan, mungkin saat ini telah ada patung SBY yang menjadi monumen sakral di republik ini. Dengan pembangunan yang begitu banyak (walaupun tidak diketahui rakyat), ekonomi yang stabil, dan kondisi politik serta keamanan yang terjaga, agaknya tidak terlalu berlebihan.

Bandingkan dengan kondisi hari ini, jalan tol yang baru rampung 14,5 kilometer dari 140,9 kilometer sudah diresmikan. Artinya, masih ada sisa sembilan kali peresmian dan pencitraan lagi menjelang tol itu benar-benar rampung.

Namun dari kesalahan Partai Demokrat dalam mengkapitalisasi keberhasilan sepuluh tahun (2004-2014) kepemimpinan SBY menjadi presiden RI tersebut kita belajar arti sebuah pengabdian. Dimana pengabdian itu berarti perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, tenaga, sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau suatu ikatan, dan semua yang dilakukan dengan ikhlas.

Terapkan atau bahkan viruskanlah kesalahan Demokrat tersebut dalam kehidupan kita. Dengan itu, maka akan semakin banyak orang-orang baik di negeri ini yang tidak lagi bertanya tentang "apa yang negara ini berikan padaku" tapi "apa yang aku berikan kepada negara ini".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun