Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saatnya Indonesia Butuh Empati Bukan Sekedar Simpati

18 Januari 2021   14:03 Diperbarui: 18 Januari 2021   16:16 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cobaan Bertubi-tubi

Beberapa waktu terakhir ini, bangsa kita yang tercinta ini ditimpa berbagai macam persoalan kemanusiaan. Di tengah-tengah perjuangan berbagai elemen untuk melawan virus Corona, masyarakat dikagetkan dengan peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Pesawat dengan tujuan Jakarta-Pontianak itu, membawa 62 orang penumpang, jatuh di sekitar kepulauan Seribu. Pada hari yang sama, terjadi longsor di Kabupaten Sumedang yang merenggut sebanyak 24 nyawa manusia.

Kala luka bangsa ini masih mengangah dan memerah, publik kembali disentak dengan peristiwa alam gempa bumi di Sulawesi Barat. Banyak masyarakat di 4 kabupaten yang menderita yakni Kabupaten Majene, Mamuju, Mamasa,dan Polewali Mondar. Saudara-saudari sebangsa dan setanah air di sana, harus mengungsi ke tempat yang tinggi, kelaparan, kedinginan, terserang penyakit, dan lain sebagainya, akibat peristiwa tersebut.

Belum selesai perhatian bangsa ini tercurah kepada para saudara di Sulawesi Barat, alam kembali bergolak dan menyerang saudara-saudari kita di Kalimantan. Hujan yang terus menerus mengguyur kota itu, menyebabkan 10 Kecamatan di Kalimantan Selatan terendam dan tenggelam. Paling teraktual adalah pada tanggal 16 Jan 2021, pukul 17. 24WIB, awan panas guguran dengan jarak luncur kurang lebih 4,5 meter terjadi di gunung Semeru. 

Jangan Hanya Nyinyir apalagi Memolitisir

Berhadapan dengan berbagai persoalan bangsa yang terjadi, tentu banyak reaksi dan aksi dari berbagai elemen masyarakat yang muncul dan yang akan muncul kemudian, sebagai bentuk perhatian dan dukungan. Berbagai kepentingan beradu, dari yang terpuji hingga yang terkutuk sekalipun, akan datang dan mengiringi berbagai usaha banyak pihak untuk menyelamatkan saudara-saudara yang terdampak akibat buruk dari semua bencana yang terjadi.

Kita berharap, dalam situasi seperti saat ini, semua orang berpikir cerdas dan jernih untuk lebih banyak melakukan tindakan nyata daripada sekedar berkoar-koar yang hanya akan menambah keruhnya suasana. Para elit politik, seyogyanya mengesampingkan ego pribadi dan kelompok untuk berhenti menyinyir apalagi memolitisir keadaan saat ini. Mari dukung siapapun yang bekerja dengan hati dan pikiran positif untuk berbuat nyata. Kemanusiaan berada di atas kepentingan politik sesaat yang hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. 

Lebih Dari Simpati

Segala yang baik dan yang berguna bagi saudara -saudari kita, seyogyanya tidak hanya diharapkan untuk datang dari pemerintah tetapi, dari semua orang. Benar bahwa bangsa ini memiliki pemerintahan yang sah, yang bertanggung jawab untuk kebaikan seluruh masyarakatnya akan tetapi, situasi Indonesia saat ini membutuhkan kerja sama dan etiked baik dari semua orang.

Terakhir, mas media di tanah air, diramaikan dengan adanya berita tentang penjarahan yang dialami oleh Relawan Muhammadiyah  Disaster Management Center (MDMC) Makasar yang mengaku dihadang dan dijarah saat akan memberikan bantuan kepada korban gempa bumi di Sulawesi Barat, di Kabupaten Maneje, kota Mamuju, Selasa 16 Jan 2021. 

Mari kita melihatnya sebagai reaksi wajar dari saudara-saudara kita yang berada dalam situasi sulit. Mereka butuh makan, minum, dan lain-lain. Mereka lapar, haus, kedinginan, dan kalut. Dalam situasi seperti yang mereka alami, semua orang akan nekat untuk melakukan apapun demi hidup. Kita yang berada dalam situasi normal tak perlu bereaksi berlebihan. Tak perlu menambah pekerjaan yang tak berfaedah yang hanya menguras energi dan pikiran baik, yang seharusnya itu amat berguna bagi saudara-saudara kita.

Indonesia butuh orang-orang yang tidak hanya bersimpati lewat doa dan dukungan moril lainnya. Indonesia butuh empati, tindakan nyata, uluran tangan, dan berbagai hal lain yang manfaatnya nyata dan tepat. Indonesia tidak butuh koar-koar lewat media sosial dari para elit politik, saling nyinyir, saling tuding atau saling mempersalahkan, saling mempertanyakan soal wewenang, dan lain-lain. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang lahir dari niat dan maksud buruk, mari kita kalahkan demi Indonesia yang lebih baik.

Bentuk Empati

Banyak cara untuk mengungkapkan rasa empati kita terhadap saudara-saudari kita yang pada saat ini mengalami berbagai bencana kemanusiaan antara lain:

- Menggalang Dana Kemanusiaan

Menggalang dana kemanusiaan dapat dilakukan dari rumah ke rumah warga yang tidak mengalami musibah. Hal ini lebih bermanfaat dan tepat sasaran. Dengan dana yang tergalang, panitia dapat mengadakan langsung kebutuhan yang sekiranya urgen bagi saudara-saudara yang membutuhkannya. 

Para pemimpin tokoh agama dapat melakukannya pada saat kegiatan ibadah berlangsung. Ini lebih berarti dari sebuah kotbah atau doa yang bernas. Pada saat ini, kotbah dan doa-doa para pemimpin agama dituntut untuk berubah menjadi makanan dan minuman yang nyata. Para pemimpin agama dituntut untuk turun dari altar dan mimbar-mimbar kebesaran guna mewujudnyatakan isi kotbah dan doanya di tengah-tengah situasi yang nyata. Selain itu, hendaknya kita terketuk untuk menyumbang lewat berbagai dompet peduli kemanusiaan yang dibuka oleh lembaga-lembaga tertentu, yang secara terbuka mau membantu untuk menyalurkan niat baik kita kepada saudara-saudara yang membutuhkan.

- Mengumpulkan dan Menyalurkan Kebutuhan Pokok (makanan, minuman, pakaian)

Pada saat ini, para korban bencana alam membutuhkan makanan dan minuman jasmani. Kita yang mujur atau luput, dapat membantu saudara-saudara kita itu dengan mengumpulkan beras, mie instan, minuman, dan pakaian untuk dapat disalurkan kepada mereka. Mungkin kita merasa bahwa bentuk bantuan demikian amat merepotkan tetapi ini mempermudah saudara-saudara kita. Mereka tak perlu pusing-pusing lagi untuk berbelanja. Apalagi, toko-toko, warung, dan pusat-pusat belanja lainnya, pasti ditutup akibat musibah yang terjadi.

SALAM

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun