Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Si Budak Itu, Sekarang Hidup Enak"

25 Oktober 2020   14:12 Diperbarui: 25 Oktober 2020   20:10 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertengahan 2015, terjadi kelaparan yang cukup hebat di kampung halaman saya. Persediaan bahan makanan pada lumbung masing-masing keluarga, sama rata, sama rasa. Sudah menipis dan nyaris habis. Di sisi lain, alam seakan-akan mendukung situasi itu. Cuaca bertambah panas, tanah semakin gersang serta retak dimana-mana, dan tak ada setetes airpun tercurah dari langit.

Di tengah-tengah situasi sulit yang melilit itu, terdapat seorang bapak yang tidak mau menyerah dengan keadaan. Dia adalah pak Blasius. Kelaparan yang selalu terjadi dan dialami warga dari waktu ke waktu, nampaknya mendorong bapak yang telah memiliki tiga orang anak itu untuk melakukan suatu terobosan. 

Pak Blasius memulai semuanya dengan mempersiapkan lahan seluas 2 hektar. Setelah merambah dan memagar sekelilingnya, Pak Blas menggali 20 tempat penampungan air hujan di sekitar lahan itu. 10 tempat penampungan di buatnya di sekeliling pinggir lahan, dan 10 tempat penampungan lain, digali di tengah-tengah lahan itu. Sesuatu yang langka dan tidak lazim terjadi. 

Melihat apa yang dilakukan pak Blas, sebagian besar warga kampung menyindir dan mengejek. Ada juga yang merasa bahwa apa yang dikerjakan pak Blas adalah sia-sia. Tak akan berhasil. Setiap kali beliau berangkat ke ladang, banyak mata dan mulut yang mengiringinya dengan sinis dan nyinyiran. "Lihatlah budak itu, ia sudah pergi bekerja.  Mau dapat apa dia? 

Hal sama ia rasakan di sepanjang perjalanan pulang dari ladang. "Lihatlah, budak itu sudah pulang. Badannya kotor seperti sapi". Pak Blasius tidak menyerah dengan semua itu. Justuru yang terjadi adalah sebaliknya. Ia semakin giat, semakin berpeluh, dan berjuang untuk membuktikan bahwa apa yang dilakukannya tidaklah keliru. 

Setelah berjuang menyediakan tempat-tempat penampungan air, lelaki yang tidak pernah mengenyam pendidikan itu menggali 1500 buah lubang sebagai tempat untuk menanam pisang di seluruh lahan yang ada. Pak Blasius mengerjakan semuanya seorang diri. 

Ketika musim penghujan tiba, pak Blasius tidak malu-malu meminta bibit pisang kepada warga lain dan menanamnya pada lahan yang sudah dipersiapkan, hingga tertanamlah ribuan batang pisang di sana. Pak Blas tersenyum puas melihat usahanya. Hujan yang rutin mengguyur tanah Timor disepanjang penghujung September 2015 hingga akhir April 2016, cukup membantu tumbuhnya tanaman pak Blasius.

Ketika memasuki musim kemarau, pak Blasius tidak kwatir karena sudah ada air yang tersedia pada tempat-tempat penampungan. Ia tetap menyiram dan merawat seluruh tanaman yang sudah ada dengan sukacita. Mata-mata sinis dan mulut-mulut nyinyir warga lain mulai redup dan terkatup rapat. 

Pada panen pertama, terdapat 500 tandan pisang yang dihasilkan dari ladang itu. Hasil yang lumayan besar untuk ukuran warga setempat. Hingga saat ini, pak Blasius menghasilkan 1000-an tandan pisang setiap minggunya. Pak Blas tidak pusing-pusing memikirkan soal pemasaran karena ada perusahaan yang sudah siap untuk menampung. "Si Budak itu, Sekarang Hidup Enak", demikian gumam warga yang lain. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun