Â
"Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" (Al Anbiya : 107.)
Bulan Ramadan Bulan penuh keberkahan. Semua aktivitas kita yang bernilai positif bisa jadi ladang amal ibadah. Itulah salah satu hikmah dan indahnya bulan Ramadan.
Selain ribuan keberkahan yang Allah berikan, ada satu hal yang tidak kalah penting dan meresahkan. Tentu saja hal ini tanpa campur tangan Tuhan namun atas kelalaian manusia itu sendiri. Selama bulan Ramadan biasanya kita terlalu bersemangat menyiapkan makanan berbuka dan sahur. Berbagai jenis menu dihidangkan mulai dari berbagai takjil dan aneka lauk dam sayur. Padahal porsi lambung kita hanya cukup menampung seipring nasi, segelas air, satu atau tiga butir kurma, beberapa gorengan. Ga lebih dari itu.
Semua menu yang menggugah selera tak sanggup kita habiskan semua, meski sudah dihangatkan untuk sahur dan bahkan untuk esok hari. Alhasil meninggalkan sisa berlimpah dan menjadi mubazir karena tak termakan dan bahkan basi. Jika sudah demikian hasil akhir adalah sampah yang bertambah.
 Bayangan berapa banyak sampah yang kita sumbangan untuk alam? Dari makanan sisa sampai, sampah bahan mentah, belum lagi limbah kulit buah-buahan dan sebagainya. Jika semua limbah domestik itu kita buang begitu saja, tentu selain membuat risih, juga risiko mendatangkan masalah seperti banyak lalat, nyamuk dan mendatangkan penyakit. Â
Sesungguhnya ada banyak cara sederhana dalam pengolahan sampah agar kita punya andil  dalam upaya pelestarian lingkungan. Dan kita bisa menyiasati serta bertindak bijak dalam menentukan menu sahur dan buka agar tidak terjadi kemubaziran.
Bebrapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
MENGUKUR MENU Â MASAKAN
Dalam menyiapkan masakan perlu dilihat, berapa banyak makanan yang kita olah tersebut cukup bagi seluruh penghuni keluarga untuk kebutuhan buka dan sahur.