Mohon tunggu...
Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Mohon Tunggu... Guru - Guru Paud.

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Guruku Orangtua Keduaku

25 November 2022   22:10 Diperbarui: 25 November 2022   22:21 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption  sumber ilustrasi my sisilin.com.

Saat ini aku telah menyelesaikan jenjang pendidikan sampai gelar magister. Menikmati pahit, getir, dan manisnya perjuangan dalam menuntut ilmu. Tidak lain dan tidak bukan, bahwa semua kerberhasilan dalam menyelesaikan pendidikan ini atas andil para guru. 

Sepanjang sejarah hidup ku. Sesungguhnya aku meyakini bahwa semua guru adalah orang baik. Meskipun karakter mereka sungguh beragam. Ada yang keras, tegas, lembut, penuh pengertian, humoris, terlalu kaku dan ada juga yang mudah berbaur dengan murid-murid nya. Diantara banyak guru yang membersamai, ada satu guru yang sangat sepesial.

Dengan seragam wisuda. Aku menuju ke panggung untuk menerima penghargaan sebagai mahasiswa dengan IPK tertinggi 4. Keberhasilan ini akan aku persembahkan kepada seorang guru. Ya guru sekaligus orang tua kedua ku. Melayang ingatanku pada 13 tahun silam. Saat aku telah kehilangan kedua orang tuaku.

***

"Ayo sinar ikut pulang ke rumah ibu!" Ibu suci, guru SMP di mana aku sekolah, memapah ku meninggalkan dua gungukan tanah merah yang basah. Mengajakku pulang ke rumahnya. Karna hari telah menjelang senja.

Hari ini kedua orang tua ku telah dikuburkan. Tepat setelah perpisahan sekolah SMP, mobil yang dikendarai ayah mengalami kecelakaan dan menewaskan ayah dan ibu ku di tempat. 

Sebuah rumah mungil yang sederhana namun asri, dengan halaman kecil ditumbuhi beragam bunga, menambahkan keasrian suasana. Ibu suci memapahku ke kursi di ruang tamu. rumahnya.

"Mulai hari ini kamu akan tinggal di sini, bersama ibu, anggap ibu sebagai ibu mu. itu kamar kamu sudah ibu siapkan. Sinar, kamu maukan tinggal sama ibu ?" 

Mataku menyapu seluruh ruangan, kulangkahkan kaki menuju kamar yang Bu suci tunjukan. Kamar yang jauh lebih kecil dari kamarku di rumah.

"Terima kasih banyak Bu" hanya kata itu yang mampu aku ucapkan. Kepergian orang tuaku, meninggalkan aku sendiri, membuat jalan hidupku terasa gelap. Remuk redam hati ini, duka yang menusak dada. Kalo bukan karna ada Bu suci, ingin rasanya aku menyusul orang tuaku. Banyak mengis membuat fisiku lelah. Ku coba merebahkan badan dan tertidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun