Mohon tunggu...
MAWARSARI
MAWARSARI Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN KIAI AGENG MUHAMMAD BESARI PONOROGO

Nama aku Mawar, mahasiswa Pendidikan IPS yang percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari pemahaman sosial yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Review Buku Sriwijaya

8 Juni 2025   10:56 Diperbarui: 8 Juni 2025   10:56 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto cover buku sriwijaya)

Merivew buku yang berjudul sriwijaya di tulis oleh Prof. Dr Slamet Muljana dan di terbitkan oleh LKIS Yogyakarta, disini terdapat 324 halaman yang berisi 9 bab.

Dari buku ini menjelaskan latar belakang pentingnya sriwijaya dalam sejarah asia tenggara. Disini sriwijaya bukan hanya kerajaan maritim besar tetapi juga sebagai pusat keagamaandan perdangangan internasional. Isi buku ini untuk bab pertama menjelaskan tentang bagaimana Sejarah sriwijaya selama ini di tulis dan di tafsirkan. Selanjutnya utuk bab kedua ini masuk dari awal cerita buku ini yaitu Pendidikan i-ts'ing, cerita singkatnya disini membahas tentang kisah seorang biksu tiongkok yang bernama i-ts'ing yang melakukan perjalanan ke india untuk menimba ilmu agama budha. I-ts'ing ini lahir pada tahun 635 di fan-yang, sejak umur 7 tahun ia sudah belajar tentang sastra tionghoa kepada ahli agama sampai umur 37 tahun di umur ini ia melakukan perjalananya, dalam perjalananya  ia singgah dan tinggal cukup lama di sriwijaya untuk belajar Bahasa sansekerta dan tata aturan agama yang ada di sriwijaya. Dari perjalanan biksu ini menunjukkan peran penting sriwijaya sebagai pusat Pendidikan dan agama yang sangat di hormati oleh dunia internasional khususnya dalam jaringan agama budha Mahayana, jadi dari kisah i-ts'ing sebagai bukti bahwa sriwijaya bukan hanya Kerajaan dagang tetapi juga menjadi pusat keilmuan yang unggul di asia Tenggara pada abad ke7.

Bab ketiga yaitu Lokasi tempat-tempat perjalanan i-ts'ing, jadi salah satu tempat penting yang sering di sebutkan dalam buku ini adalah shih-li-fo-shih atau di sebut dengan nama sriwijaya ini merupakan tempat yang di kenal sebagai pusat Kerajaan sriwijaya yang terletak di Palembang Sumatra Selatan, dari Lokasi ini terbukti adanya penemuan sebuah prasasti kedukan bukit talang tuo yang bertempat di Sungai musi dan perjalanan selanjutnya ke mo-lo-yu atau melayu, ia singgah selama 2 bulan sampai pada pertengahan musim panas,tempat ini di perkirakan terletak di sebelah barat laut dari sriwijaya yang tepatnya di jambi. Tujuan dari perjalanan i-ts'ing ini tadi untuk menentukan letak geografis wilayah yang pernah ia kunjungi berdasarkan sumber-sumber tionghoa.

Bab yang keempat pusat Kerajaan sriwijaya, awal cerita di mulai dengan Lokasi pusat Kerajaan sriwijaya yang masih menjadi perdebatan, disini ada beberapa tempat yang disebut seperti Palembang, jambi, dan wilayah lain di Sumatra, hal ini Palembang menjadi sorotan utama karena daerah ini di temukanya beberapa prasasti penting seperti prasasti kedukan bukit yang menceritakan perjalanan Dapunta Hyang seorang pendiri pertama Kerajaan sriwijaya, yang memimpin dan mendirikan kekuasaan baru, meskipun begitu cerita ini menunjukkan bahwa pusat kekuasaan sriwijaya tidak selalu tetap, karena Kerajaan maritim  seperti sriwijaya bisa berpindah pusat pemerintahan mengikuti situasi politik, ekonomi, atau kebutuhan perdagangan, jadi meskipunpalembang sangat kuat sebagai pusat utama tidak mentup kemungkinan bahwa di masa tertentu pernah di tempat lain.

Bab kelima sriwijaya dan semenanjung, bab ini mengambarkan sriwijaya menjalin kekuasaan kuat di Kawasan semenajung melayu seperti kedah,ligor,dan Pantai barat Thailand. Pada tahun 775 sriwijaya masih menguasai ligor, namun pada tahun 787 daerah ini di ambil oleh dinasti salendra dari jawa tenngah. Jadi Kawasan-kawasan ini berada di jalur penting selat Malaka yang menjadi perdagangan antara india dan cina. Untuk menguasainya sriwijaya tidak hanya mengandalkan kekuatan militer tetapi juga membangun pengaruh lewat agama budha, hubungan politik, dan ekonomi. Dengan mengusai Pelabuhan-pelabuhan strategis dan menyebarkan budaya serta agama, sriwijaya ini membentuk jaringan kekuasaan yang luas hubungan ini menjadikan Kerajaan ini sebagai pusat maritim yang berpengaruh besar di asia.

Bab 6 dan 7 saling bersangkutan yaitu menggambarkan hubungan erat antara Wangsa salendra di jawa Tengah dengan sriwijaya. Wangsa salendra atau dinasti pada abad 8-10 di kenal sebgai pendukung ajaran budha Mahayana dan meninggalkan jejak kuat melalui bangunan Borobudur, dan ada kemungkinann hubungan mereka dengan sriwijaya terjadi melalui ikatan keluaraga dan kerja sama politik, dan pada masa tertentu sriwijaya di duga pernah di bawah pengaruh kekuasaan wangsa salendra. Bukti prasasti dan jejak Sejarah menunjukkan bahwa sriwijaya merupakan Kerajaan yang aktif beradaptasi dan tidak tetap pada satu bentuk pemerintahan, bukti prasasti seperti kalasan, canggal, karang tengah yang menunjukkan hubungan dinasti dan kekuasaan antara dua wilayah. Dari hubungan wangsa salendra dan sriwijaya terdapat juga bahwa wangsa salendra ini berkuasa atas sriwijaya dan disini yang menjadi tokoh utama yaitu balapunta dewa cucu sailendra yang mana disini balapunta meminta dewa pala dewa agar di bangunkan wihara bagi pejabat dari sriwijaya.

Bab 8 kerajaan san-fo-ts'i, bab ini membahas bagaimana kerajaan Sriwijaya berubah menjadi San-fo-ts'i, yang merupakan sebutan dalam bahasa Tionghoa pada zaman Dinasti Sung. San-fo-ts'i adalah nama untuk kerajaan maritim yang sangat berpengaruh dalam perdagangan di Asia Tenggara, terutama di Selat Malaka. Dalam bab ini, dijelaskan bahwa San-fo-ts'i memiliki hubungan yang baik dengan Tiongkok dan India, terutama dalam hal diplomasi dan perdagangan. Catatan dari Tiongkok menunjukkan bahwa antara abad ke-10 hingga ke-12, San-fo-ts'i mengirim banyak utusan ke Tiongkok. Selain itu, Sriwijaya juga menguasai banyak wilayah di sekitarnya, sekitar 15 negara bawahan, dan dikenal sebagai penghasil rempah-rempah serta produk tropis lainnya. Dan juga membahas perdebatan mengenai lokasi pasti dari San-fo-ts'i, apakah di Palembang atau Chaiya. Namun, penulis menegaskan bahwa Palembang adalah pusat dari kerajaan tersebut. Dengan kata lain, Palembang dianggap sebagai lokasi utama dari kerajaan San-fo-ts'i yang berperan penting dalam sejarah perdagangan di kawasan tersebut.

Bab 9 Runtuhnya Kerajaan sriwijaya, bab ini menceritakan tentang chola di india Selatan pada abad ke11 yang melemahkan kekuasaan sriwijaya, disini chola bukanlah bagian dari Sriwijaya, melainkan merupakan kerajaan yang terpisah dan berkuasa di India Selatan. Kerajaan Chola dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di India pada abad pertengahan, terutama pada abad ke-9 hingga ke-13. Setelah itu muncul kekuasaan-kekuasaan baru di Nusantara seperti kekuasaan di semenanjung dan di Sumatra, jadi bagian kekuasaan semenanjung di jelaskan bahwa wilayah-wilayah seperti Kia-lo-hi (Grahi) dan Ligor yang dulunya merupakan bagian dari Sriwijaya mulai mengalami serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga. Akibatnya, wilayah-wilayah ini mulai melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya. Penulis menggunakan sumber-sumber dari Tiongkok dan dokumen lokal untuk menunjukkan bagaimana kekuasaan di kawasan Semenanjung berubah. Dan kekuasaan di Sumatra di jelaskan tentang penurunan kekuasaan di Palembang, yang merupakan pusat Sriwijaya, dan munculnya Kerajaan Melayu sebagai penggantinya. Dalam catatan Tiongkok yang disebut Chu-fan-chi, disebutkan bahwa pada tahun 1225, pusat kekuasaan berpindah dari Palembang ke Melayu. Meskipun nama San-fo-ts'i masih digunakan, kenyataannya Palembang sudah menjadi negara bawahan.

kelebihan dari buku ini itu, Buku ini memberikan penjelasan lengkap mulai dari sejarasejarah yaang kuath awal, kejayaan, hubungan luar negeri, hingga keruntuhan Sriwijaya, dan juga menggunakan sumber yang kuat Seperti catatan perjalanan I-ts'ing dan sumber Tiongkok lainnya, serta prasasti-prasasti penting di Palembang dan Jawa. dan kekuranganya yaitu dari segi bahasa Beberapa bagian mungkin sulit dipahami oleh sebagian para pembaca karena banyak menggunakan istilah sejarah dan geografi kuno.

Kesimpulannya buku ini menjelaskan bahwa Kerajaan Sriwijaya bukan hanya kerajaan maritim besar, tapi juga pusat keagamaan, pendidikan, dan perdagangan internasional yang sangat penting di Asia Tenggara. Kisah perjalanan biksu Tiongkok I-ts'ing menjadi bukti peran besar Sriwijaya dalam penyebaran agama Buddha dan pendidikan. Selain itu, buku ini membahas wilayah kekuasaan Sriwijaya yang luas, termasuk pengaruhnya di Semenanjung Melayu dan hubungannya dengan Wangsa Sailendra di Jawa. Buku ini juga menjelaskan bagaimana Sriwijaya berubah menjadi San-fo-ts'i dan akhirnya mengalami kemunduran akibat serangan dari Kerajaan Chola serta munculnya kekuatan-kekuatan baru di Nusantara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun