Selayang pandang Museum Dr. Soetomo SurabayaÂ
Dengan mendatangi Museum Dr. Soetomo setidaknya menjadi pengingat sekaligus inspirasi buat kita semua terutama kalangan terpelajar (pelajar, mahasiswa, ahli sejarah dan pemerhati sejarah lainnya) akan daya juang Dr. Soetomo bagi negeri tercinta ini.Â
Tas kerja Dr. Sutomo (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Dr. Soetomo atau yang akrab disapa Pak Tom merupakan peletak dasar organisasi Budi Utomo yang beliau dirikan pada 20 Mei 1908.
Awalnya organisasi ini bertujuan untuk memajukan bidang perekonomian seperti pertanian, perdagangan dan peternakan di kawasan Jawa dan Madura. Lambat laun garis perjuangannya pun berubah dari sekadar organisasi untuk memajukan perekonomian menjadi organisasi untuk mewujudkan Indonesia merdeka yang berdaulat, adil, dan makmur.Â
Guide Museum Dr. Sutomo Surabaya (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Baca juga :
Jangan Lupakan Sejarah Kebangkitan Bangsa dengan Mengunjungi Museum Dr. SoetomoSementara itu kalau sebelumnya pendopo kompleks Gedung Nasional Indonesia (GNI) tampak kosong, berbarengan dengan diresmikannya Museum Dr. Soetomo beberapa tahun lalu itu, kini pendopo yang cukup megah itu diisi dengan berbagai koleksi foto sejarah keluarga dan gerak perjuangan Dr. Soetomo dalam mendirikan organisasi Budi Utomo untuk kebangkitan nasional.
Prasasti peresmian oleh walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Pengunjung museum juga bisa melihat secara langsung warisan Dr. Soetomo yang berupa mesin stensil kuno yang kala itu berfungsi untuk mencetak atau memperbanyak selebaran untuk mengobarkan api perjuangan pemuda dan rakyat Indonesia agar segera lepas dari belenggu penjajahan.Â
Tampak depan Museum Dr Sutomo yang dulunya merupakan bangunan paviliun yang terkena hantaman mortir sekutu (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Selain menyaksikan beragam koleksi warisan Dr. Soetomo yang digunakan selama beliau masih hidup, para pengunjung museum juga bisa menyaksikan dari dekat sebagian gedung bekas paviliun yang telah hancur berantakan akibat terkena gempuran mortir tentara sekutu (29 Agustus 1945). Â
Pintu masuk Museum Dr Sutomo Surabaya (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Uniknya, gedung yang rusak akibat gempuran mortir sekutu itu masih bisa kita lihat hingga sekarang. Mungkin pengelolah GNI sengaja mempertahankan keadaan aslinya agar bisa menjadi bahan belajar yang sangat berharga bagi generasi sekarang.Â
Dr. Soetomo semasa hidupnya juga aktif mendirikan majalah berbahasa Jawa. "Penjebar Semangat" nama media itu. Majalah ini bukan hanya untuk konsumsi kaum pribumi di Pulau Jawa melainkan sampai tembus ke luar negeri dengan bahasa setempat. Gedung majalah Penjebar Semangat berada di belakang pusara Dr. Soetomo.
Lihat Sosbud Selengkapnya