Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Plesir ke Surabaya, Yuk Rasakan Sensasi Rujak Cingur

23 November 2017   13:22 Diperbarui: 23 November 2017   18:57 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inilah cingur (mulut) sapi itu (dok.pri)

Rek ayo rek mlaku-mlaku nang Tunjungan..

Sopo ngerti nasib awak lagi mujur, kenal anakke sing dodol rujak cingur...

(Ayo kawan kita jalan-jalan ke Tunjungan..Siapa tahu nasib lagi beruntung kenal anak penjual Rujak Cingur..., red)

Cuplikan lagu rek ayo rek yang dipopulerkan oleh Cak Mus Mulyadi di atas, mengingatkan saya pada kuliner yang bukan saja khas dan begitu ngetop dari kota pahlawan, Surabaya melainkan juga unik. Yap...Rujak Cingur namanya, lalu apa sih uniknya? Rujak yang dibuat dari irisan buah-buahan segar, kulupan sayur, (kangkung, kecambah / cukulan dan rebusan krai / bendoyo), potongan tahu dan tempe goreng, bumbu, petis, lontong nasi dan ditambah cingur (mulut sapi) yang menjadikan rujak itu unik. Apa bedanya dengan rujak uleg?

Rujak Cingur adalah Rujak Uleg yang ditambahi irisan moncong atau mulut sapi. Dikatakan rujak uleg karena bumbu (lombok, terasi, garam, bawang putih dan lainnya) digerus atau diuleg dalam sebuah wadah cobek berukuran cukup besar dengan menggunakan ulegan dari kayu atau batu. Lalu ditambahkan bahan-bahan lain seperti petis, kacang tanah, gula merah, asam dan air secukupnya.

Rujak Cingur dan Rujak Uleg, keduanya merupakan kuliner khas kota berlambang ikan hiu (sura) dan buaya itu. Pada sebagian penjual Rujak Uleg, posisi cingur digantikan oleh kikil (kulit sapi) biasa. Mungkin saja hal itu karena harga cingur yang cukup mahal.

Bila diperhatikan lebih lanjut lirik lagu yang sudah sejak lama disenandungkan oleh kakak kandung musisi Mus Mujiono itu sepertinya nama Jalan Tunjungan di Surabaya itu memang berkaitan erat dengan kuliner Rujak Cingur. Entah apa dulunya kawasan itu dijadikan sentranya para pedagang Rujak Cingur atau hanya gothak-gathuk-nya sebuah lirik lagu saja, persisnya saya juga belum tahu. Yang pasti, kini Jalan Tunjungan Surabaya menjadi salah satu jalan yang padat arus lalu-lintasnya, banyak gedung perkantoran dan bangunan tua warisan kolonial Belanda berdiri dengan megahnya di sepanjang jalan itu.

Pelengkap Rujak Cingur (dok.pri)
Pelengkap Rujak Cingur (dok.pri)
Tidak setiap saat kuliner Rujak Cingur bisa dengan mudahnya kita temukan di Jalan Tunjungan bahkan nyaris tidak ada di sana. Namun pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat menyambut hari jadi Kota Surabaya yang jatuh pada tanggal 31 Mei, di sepanjang jalan yang bersejarah itu digelar Festival Rujak Uleg yang merupakan makanan tradisional masyarakat Surabaya. Anda atau para pengunjung festival makanan khas Surabaya itu bisa dengan gratis mencicipi sensasi Rujak Cingur yang unik itu.

Bagi penikmatnya, Rujak Uleg dan Rujak Cingur bisa disajikan dengan dua rasa yang berbeda. Ada Rujak Uleg matengan dan biasa (klataan). Rujak Uleg matengan menggunakan sayuran yang sudah direbus terlebih dulu atau dikenal dengan istilah kulupan. Biasanya kulupan menggunakan kangkung, kecambah dan bendoyo yakni krai yang direbus terlebih dulu. Dan ditambahkan irisan lontong nasi, kikil atau cingur, tempe, tahu dan pastinya bumbu petis yang menggugah selera. Sementara Rujak Uleg biasa hanya menggunakan irisan buah-buahan segar (klataan) seperti bengkoang, nanas, mangga muda, pepaya mengkal dan belimbing plus cingur atau kikil, tahu-tempe dan bumbu petis.

Kerupuk dan Rujak Cingur / Uleg (dok.pri)
Kerupuk dan Rujak Cingur / Uleg (dok.pri)
Makan Rujak Uleg / Cingur rasanya kurang lengkap tanpa ditemani kerupuk yang renyah. Belum cukup sampai di situ, para penjual Rujak Uleg dulu, mungkin zaman  now sudah jarang, juga menyediakan Kolak Pisang Raja di warungnya sebagai gandengan Rujak Uleg tadi.

Sebagai kuliner tradisional yang patut dilestarikan dan sekaligus menjadi ikon ibu kota Jawa Timur itu, Rujak Cingur kini mudah kita temukan di mal-mal besar yang ada di Surabaya. Di Pasar Blauran Surabaya juga ada, harganya bervariasi untuk setiap porsinya. Malahan di kampung atau gang-gang kecil di kawasan Surabaya sudah mulai jarang kita temukan kuliner itu. Mungkin keberadaannya semakin tergeser oleh maraknya makanan modern (fast food, burger dan lainnya).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun