Mohon tunggu...
mawaddah
mawaddah Mohon Tunggu... mahasiswa psikologi di universitas malikussaleh

hobi saya adalah traveling saya mempunyai kepribadian yang introvert saya menyukai hal hal yang berbau psikologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tuna Grahita Bisa Belajar, Asal Metodenya Tepat!

18 April 2025   16:11 Diperbarui: 20 April 2025   22:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah hak setiap anak dan setiap anak memiliki kemampuan atau potensi yang unik didalam dirinya, termasuk bagi mereka yang memiliki keterbatasan intelektual, seperti anak tunagrahita. Menurut American Asociation on Mental Deficiency mendefinisikan Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual umumnya di bawah rata- rata, yaitu IQ 84 ke bawah. Dalam dunia pendidikan, anak tunagrahita sering dianggap tidak mampu mengikuti pembelajaran seperti anak lain. Padahal, penelitian membuktikan bahwa mereka bisa belajar, asal metodenya tepat dan disesuaikan dengan karakteristik mereka. 

Salah satu kunci utama dalam pendidikan anak tunagrahita adalah modifikasi kurikulum dan metode pengajaran yang sesuai. Menurut Widiastuti & Winaya (2019), pengajaran untuk anak tunagrahita tidak bisa disamakan dengan anak-anak reguler. Mereka membutuhkan strategi yang spesifik seperti _prinsip pengulangan, penggunaan alat peraga, pengajaran individual (individualized learning), hingga pembelajaran berbasis praktik dan aplikasi langsung.
Lingkungan belajar yang mendukung juga ikut berperan penting dalam proses pembelajaran. Yosiani (2014) dalam penelitiannya menyoroti pentingnya desain ruang belajar yang sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita, mulai dari penataan perabotan, pencahayaan lembut, suasana yang tenang, hingga pemilihan warna dinding yang tidak mencolok. Hal-hal sederhana seperti ini ternyata mampu membuat anak lebih fokus dalam belajar, mengurangi kecemasan, bahkan mempermudah proses adaptasi mereka di kelas.
Tidak hanya ruangan, pemilihan media pembelajaran juga harus dirancang agar sesuai dengan kebutuhan mereka. Anak tunagrahita cenderung lebih lambat dalam berpikir abstrak, sehingga pendekatan konkret melalui alat peraga, gambar, permainan edukatif, dan aktivitas langsung lebih efektif dibandingkan metode ceramah atau teori semata (Widiastuti & Winaya, 2019).
Peranguru pun sangat besar dalam mendampingi anak tunagrahita. Guru bukan hanya sebagai pengajar, melainkan juga sebagai pendamping sosial, pengatur suasana kelas, sekaligus motivator. Guru harus mengenali kekuatan dan keterbatasan masing-masing anak, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih manusiawi dan efektif. Tidak kalah penting, guru juga perlu mengelola suasana kelas agar kondusif, tanpa distraksi berlebih, mengingat anak tunagrahita sering kesulitan dalam memusatkan perhatian (Yosiani, 2014).

Penting untuk memahami bahwa tujuan pendidikan anak tunagrahita tidak hanya soal prestasi akademik. Pendidikan bagi mereka lebih fokus pada pengembangan keterampilan hidup, kemandirian, adaptasi sosial, dan kesiapan menghadapi dunia nyata. Melalui pendidikan yang tepat, anak tunagrahita bisa dilatih mengurus diri, berinteraksi sosial, hingga mempersiapkan diri memasuki dunia kerja sederhana (Widiastuti & Winaya, 2019).

Jadi, Dengan pendekatan yang tepat, anak tunagrahita tidak hanya bisa mengikuti pelajaran, tetapi juga dapat mengembangkan kemandirian dan keterampilan sosialnya.

Sudah saatnya masyarakat berhenti memandang keterbatasan mereka sebagai kelemahan. Setiap anak terlahir dengan keunikan, termasuk mereka yang terlahir sebagai anak tunagrahita. Di balik keterbatasan intelektual mereka, tersimpan potensi, kebaikan hati, dan ketulusan yang luar biasa. Mereka mungkin butuh waktu lebih lama untuk belajar, mereka mungkin sulit menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial tapi bukan berarti mereka tidak bisa. Sebaliknya, kita perlu memberi ruang, menghargai proses belajar mereka, dan menyiapkan lingkungan yang sesuai. Karena pendidikan bukan tentang seberapa cepat seorang anak memahami pelajaran, melainkan seberapa besar kesempatan yang diberikan untuk bertumbuh.
Mereka tidak butuh dikasihani, mereka hanya butuh diberi ruang untuk menunjukkan bahwa mereka juga bisa. Karena dalam dunia ini, tidak semua orang berjalan di jalur yang sama, tapi semua orang punya tujuan yang sama. Tumbuh, Diterima, dan Dihargai.

Anak tunagrahita memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang memengaruhi kemampuan adaptasi, namun mereka tetap memiliki potensi berkembang jika lingkungan belajar dan metode pengajaran sesuai. 


Daftar Pustaka

Widiastuti, N. L. G. K., & Winaya, I. M. A. (2019). Prinsip Khusus dan Jenis Layanan Pendidikan bagi Anak Tunagrahita. Jurnal Santiaji Pendidikan, 9(2), 116-125.
Yosiani, N. (2014). Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita dengan Pola Tata Ruang Belajar di Sekolah Luar Biasa. E-Journal Graduate Unpar, Part D – Architecture, 1(2), 111-122.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun