Mohon tunggu...
Maulida Nafeesa
Maulida Nafeesa Mohon Tunggu... Lainnya - Pena generasi cerdas

pendidik generasi, berani berpikir kritis, intelektual.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengapa Harus Menulis?

15 September 2020   11:51 Diperbarui: 15 September 2020   11:53 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Maulida Nafeesa

Menulis bukanlah aktivitas yang asing, karena  sedari usia dini sudah diajarkan untuk berlatih menulis angka dan abjad. Aktivitas menulis pasti berpasangan dengan aktivitas membaca karena dengan membaca, kosakata semakin berlimpah dan ide cerdas akan bermunculan untuk dituliskan. Dengan menulis dan membaca menjadikan aktivitas otak terus berpikir. Maka tak heran jika para ulama masa tabi'in, tabi'ut tabi'in tidak pernah melewati harinya dengan membaca dan menulis.

Pemahaman kebanyakan orang saat ini bahwa aktivitas menulis itu sulit karena harus bahasanya indah, enak dibaca, dan sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Padahal ketika menulis kutipan pendek di media sosial setiap hari dengan satu atau dua kalimat saja, sudah menunjukkan bahwa diri kita sering menulis.

Menulis menjadi sulit karena kita membandingkan diri dengan penulis yang sudah terkenal. Sedangkan sosok penulis yang kita kenal pasti sangat mahir dalam mengungkapkan kata hingga membuat pembaca bisa senyum dan sedih sendiri. Bisa menerbitkan buku yang banyak, imajinasinya tinggi dan hanya fokus menulis.

Kenalkah dengan tokoh Elly Risman, Irene Handono, dan Amien Rais?. Bu Elly Risman seorang psikolog juga menulis, bu Irene Handono seorang Kristolog juga rutin menulis, pak Amien Rais, seorang politikus dan cendekiawan juga menulis. 

Mereka tidak identik dengan status sebagai penulis bahkan tidak mengklaim dirinya sebagai penulis. Lantas kenapa mereka menulis? karena menulis itu menyampaikan ide, gagasan, dan ilmu yang dipahami. Menulis itu menuangkan ilmu lewat bahasa tulisan. Menulis tidak hanya saat sekolah formal namun menulis bisa juga dalam bentuk sharing pengalaman.

Jika kita bisa menemukan artis papan atas, sama halnya dengan penulis dan pembaca. Ada penulis papan atas (tulisannya best seller, followernya jutaan, kalimat di bukunya selalu terngiang-ngiang), penulis papan menengah (penulis yang tidak ngetop secara nasional tpi ada saja penggemarnya), dan penulis papan bawah (penulis pemula, baru awal dan masih harus diasah). Dan percayalah setiap level penulis pasti selalu punya jodoh pembaca sebagaimana artis selalu punya penggemarnya tersendiri.

Ada kalanya kita membaca tulisan yang sangat menyentuh hati, membuat orang terinspirasi dan membuat orang greget serta gemes. Ada juga tulisan dengan jumlah halaman tebal dan panjang tapi tidak ngefek apa-apa, hanya hiburan, dan baca meme yang ngakak, habis itu sudah mingkem lagi. Jadi di era digital dimensi menulis itu luas banget.

Di media sosialpun, kita sering menjumpai tulisan yang unfaedah bahkan setiap kejadian pasti dibuat dagelan untuk hiburan sejenak namun tidak berpengaruh. Lantas seperti apa menulis yang berpengaruh? tulisan yang kuat pada ide, gagasan dan konsepnya sehingga pembaca tidak mudah melupakannya karena ada hikmah, inspirasi, ilmu dan pemahaman yang diserap.

Nah jika menulis, teruslah untuk naik tingkat karena menulis tingkat tinggi itu menulis dengan tulisan yang berpengaruh sehingga meninggalkan bekas bagi si pembacanya. Menulis juga termasuk amal yang akan di pertanggungjawabankan di akhirat kelak. Jadi menulis jangan hanya hiburan sesaat tapi dapat menyampaikan kebenaran yang mempengaruhi orang lain.

Standar kebenarannya sesuai aturan sang pencipta Allah SWT. Menulis tidak boleh tidak sesuai fakta, data tidak valid, mengandung porno, melecehkan dan ajaran sesat. Karena ketika menulis menyampaikan kebenaran akan berdimensi pahala dan menjadi amal jariyah yang tidak terputus pahalanya sepanjang masa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun