Suatu kali saya memesan aneka kue jenis berbahan dasar kelapa yakni dodol kelapa, manisan kelapa dan musekat kelapa. Kue ini saya beli dari seorang teman yang dahulunya mengaku pernah mengikuti sebuah program peningkatan ekonomi kelompok perempuan dari pemerintah daerah setempat.
Saya memesan aneka cemilan kelapa ini melalui media sosial Facebook miliknya. Kebetulan kawan saya ini cukup rajin memposting aneka jualannya melalui media sosial yang ia miliki. Menurutnya cara ini dinilai sangat ampuh dalam menjaring pasar dan meningkatkan omsetnya. Dan dihadapan saya saat itu sudah tersaji beberapa hidangan yang merupakan produk turunan kelapa yang ditelah diolah menjadi cemilan yang nyatanya sangat lezat dan gurih.
Bisa dikatakan ketiga jenis kudapan ini sudah hampir jarang kita temui atau sudah langka dipasaran. Tertera tulisan "Jajanan Khas Tempo Dulu" pada label mengundang rasa kagum yang terbit dari hati saya.Â
Menurut saya ini salah satu target dan strategi pasar yang cukup menarik dalam memikat konsumen. Dimana si penjual mengusung ide produk lokal yang sudah hampir jarang beredar dipasaran.
Pada gigitan pertama kue yang saya beli, sensasi tempo dulu sungguh terasa dibenak saya. Kenangan masa kecil, ketika nenek saya yang sudah sangat sepuh itu sesekali membuat jajanan ini saat saya berkunjung ke kediaman beliau di kampung seolah hadir dipelupuk mata tatkala menikmati sensasi manis gurih kelapanya.
Menurut teman saya ini dari usahanya sekarang sudah bisa menghasilkan omset hingga jutaan rupiah dalam per bulannya, dan sudah bisa menggaji dua orang karyawan untuk membantunya dalam produksi serta memberdayakan ibu-ibu di sekitar lingkungan rumahnya ini untuk giat berusaha dengan keterampilan yang dimiliki.Â
Mungkin kisah kawan saya ini adalah salah satu kisah sukses usaha rumahan yang dijalankan oleh ibu-ibu. Tentunya masih banyak usaha rumah tangga lainnya yang juga telah sukses dan berkembang yang bisa kita simak.
Usaha rumah tangga yang dijalankan oleh sebagian besar kaum hawa ini sejatinya tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai penopang keuangan ekonomi keuarga, usaha yang dijalankan dari rumah ini  harus diakui secara tidak langsung telah berkontribusi cukup besar bagi perekenomian negeri ini.
Ditengah keterpurukan ekonomi, baik itu ksisis moneter yang pernah melanda indonesia sejak awal Juli 1997 silam, dimana kegiatan perekenomian turut lumpuh karena semakin banyaknya perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Dari sekian banyak usaha besar, hanya usaha rumah tangga mampu bertahan ditengah badai ekonomi.Â
Demikian juga yang terjadi saat ini, ditengah pandemi COVID -- 19, dimana laju perekonomian Indonesia terus melemah bahkan sudah melaju ke arah negatif pada kuartal II/2020, nyatanya usaha rumah tangga masih mampu bertahan.