[caption id="" align="aligncenter" width="494" caption="http://1.bp.blogspot.com/-IhoS18gP43U/UhLK4oEGClI/AAAAAAAAAJE/OeOQtWGuUtw/s1600/5+Pilar+Komunikasi+Efektif+antara+Orangtua+dan+Anak.jpg"] [/caption]
Beberapa waktu terakhir ini saya banyak membaca buku-buku karya Dr. Thomas Gordon untuk dijadikan bahan referensi penulisan buku saya. Ia seorang penulis sekaligus terapis untuk masalah anak dan keluarga. Saya banyak belajar dari buku-buku beliau sejak akhir tahun 90-an. Dulu bahkan ada talkshow khususnya yang diadakan oleh satu stasiun televise swasta saat itu.
Sampai saat ini saya belum menemukan seorang penulis, konselor, dan terapis semumpuni beliau dalam menghasilkan banyak solusi-solusi dari persoalan antar generasi, antara orangtua dengan anaknya, antara guru dengan muridnya, atau antara anak dengan temannya. Mulai usia bayi sampai usia remaja, semuanya mampu ia tangani dengan baik dengan hasil yang menggembirakan.
Buku-bukunya telah jadi rujukan oleh banyak penulis setelahnya. Saya sendiri telah menjadikannya kitab pedoman dalam pengasuhan anak-anak saya sejak anak pertama saya berusia tiga tahun hingga sekarang di usianya yang kedua puluh tahun. Seandainya saya tidak membaca buku-buku yang lain pun, rasanya sudah cukup dengan hanya membaca kumpulan bukunya saja. Tapi kenyataannya saya tetap tidak mampu menahan diri untuk tidak membaca buku-buku yang lain. Setidaknya buku-buku tersebut akan menjadi perbandingan dari segi keefektifan metode.
Berikut ini saya menyarikan dari salah satu bukunya yang berjudul: MOE Menjadi Orangtua Efektif dalam Praktek.
12 pembuntu komunikasi orangtua anak
1.Memerintah, mengarahkan, menuntut
Contoh: “Apa pun yang terjadi kamu tetap harus melanjutkan sekolah.”
2.Mengingatkan, mengancam
Contoh: “Kalau kamu tetap mau bermain bola, tidak pernah mau belajar, mainlah. Tapi jangan pernah minta uang pada ibu.”
3.Sok moralis, berkhotbah
Contoh: “Membaca sangat penting untuk perbaikan masa depanmu.”
4.Memberi nasihat, menawarkan pemecahan
Contoh: “Mengapa kamu tidak keluar saja bermain dengan teman-temanmu?”
5.Berceramah, Menggurui, berlogika
Contoh: “Dengan menjadi sarjana kamu bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan.”
6.Menghakimi, mengkritik, menyalahkan
Contoh: “Cara berpikirmu menunjukkan kamu belum dewasa.”
7.Memuji, mengangkat
Contoh: “Bukankah dulu kamu adalah murid yang selalu juara?”
8.Mengejek, mencemoohkan
Contoh: “Caramu berbicara seperti anak yang tidak pernah bersekolah.”
9.Menafsirkan, menganalisis
Contoh: “Kamu tidak mau ke sekolah karena takut dipalak kakak kelasmu?”
10.Membesarkan hati, bersimpati
Contoh: “Ibu mengerti perasaanmu, tapi masuk ke perguruan tinggi negeri kan lebih baik?”
11.Mendesak, mengusut, menyelidik
Contoh: “Apa yang bisa kamu kerjakan dengan hanya memiliki ijazah SMU?”
12.Menghindar, mengalihkan perhatian, meremehkan
Contoh: “Sudahlah, nanti saja kita bicarakan soal sekolahmu. Sekarang waktunya makan.”
Walaupun saya sudah beberapa kali baca bagian yang ini, saya masih kadang melakukan kesalahan. Beruntung tak kenal kata menyerah. Terus mencoba dan mencoba lagi. Karena hidup, berarti harus terus belajar.