Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Terima Kasih Fadli Zon!

29 Juni 2016   04:31 Diperbarui: 29 Juni 2016   14:58 3018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Di balik pernyataan-pernyataannya yang kontroversial, Wakil Ketua DPR Fadli Zon telah membuka wawasan masyarakat terhadap sesuatu yang selama ini tidak terpikirkan. Yang terbaru adalah pernyataannya tentang tugas Kedutaan Besar RI (KBRI) atau Konsulat Jenderal RI (KJRI) yang harus melayani semua warganegara Indonesia.

Nah pernyataan seperti itu jelas telah membuka pemahaman baru bagi masyarakat Indonesia yang akan berkunjung ke luar negeri. Sebab selama ini, jangankan mendapat/meminta pelayanan, alamat KBRI saja banyak yang tidak tahu. Kalau pun tahu, apa perlunya datang ke KBRI? Kecuali ada masalah yang benar-benar memerlukan bantuan KBRI/KJRI

Tetapi minta difasilitasi seperti Fadli Zon yang minta agar puterinya dijemput dari bandara dan didampingi selama di New York, rasanya tidak semua WNI tahu itu. Oleh karena itu kita sebagai warganegara Indonesia, patut berterima kasih kepada Fadli Zon. Siapa tahu tiba-tiba kita mendapat kesempatan pergi sendiri ke sebuah negeri yang belum pernah dikunjungi, kita bisa menghubungi KBRI untuk minta fasilitas penjemputan. Walau pun harus mengeluarkan uang sebagai pengganti bensin seperti yang dilakukan Fadli Zon, kita rela, ketimbang harus mengalami nasib apes karena tidak tahu situasi dan kondisi di negara yang dituju.

Di luar negeri, terutama negara-negera maju, memang tidak sulit mendapatkan transportasi umum. Baik taksi, bus maupun kereta api. Dari ketiga moda transportasi itu taksi jelas paling fleksibel, bisa mengantar ke mana saja. Tetapi tidak semua sopir taksi di negara maju bekerja secara professional. Di Korea Selatan yang taksinya bisa dinaiki bersama-sama dengan penumpang lain, banyak pengemudi taksi yang ugal-ugalan. Tahun 1992, ketika mengikuti Festival Film Asia Pasifik (FFAP) di Seoul, aktor Roy Marten sempat diperas oleh sopir taksi dan diturunkan di tengah jalan. Tapi kalau mau lihat contoh yang aktual, tontonlah film “Surat Dari Praha” karya Angga Dwimas Sasongko. Tokoh Kemala Dahayu Larasati, wanita yang diperankan oleh Julia Estelle juga diperlakukan tidak menyenangkan oleh sopir taksi di Praha, Cekoslivakia. Walau pun hanya dalam film, pasti gambaran itu juga pernah terjadi dalam kenyataan.

Jadi sangat beralasanlah jika Fadli Zon meminta KJRI untuk melakukan penjemputan anaknya dari bandara. Apalagi kedatangan anaknya ke New York pada pukul 02.00 dinihari WIB! Bisa dibayangkan, pada jam segitu ronda di kampung kampung di Indonesia saja sedang giat-giatnya keliling sambil membawa senter. Konon menjelang dinihari banyak orang jahat berkeliaran.

Nah kembali ke soal tugas KBRI/KJRI sebagaimana dikatakan oleh Fadli Zon, sangat elok jika KBRI melaksanakan tugasnya dengan benar. Sebab dengan demikian kita tidak akan mendengar lagi ada WNI terlantar di negeri orang, seperti banyak TKI/TKW di Arab Saudi yang memiliki ketidakpastian akan kepulangannya ke tanah air, setelah diusir oleh majikannya. Para TKI itu, terutama TKW tidak mungkin akan ke luar dari rumah majikannya dengan badan penuh luka akibat siksaan, atau hamil di luar nikah karena diembat majikannya. Mungkin bukan KBRI yang salah,  tetapi para TKI itulah yang tidak mau menghubungi KBRI untuk meminta bantuan. Padahal sudah tugas TKI melayanai warganegara Indonesia.

Saat ini terdapat jutaan WNI yang berada di luar negeri. Kebanyakan untuk bekerja, mencari nafkah, karena di negerinya sendiri mereka tidak mendapat kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Para TKI itu bahkan rela mempertaruhkan nyawa demi mendapat pekerjaan, daripada mati dengan tidak terhormat di dalam negeri karena tidak punya pekerjaan. Untuk itu ada yang pergi menggunakan jalur tidak resmi, melalui pelayaran gelap walau berisiko tenggelam di laut, pergi ke negara-negera yang dilanda perang walau nyawa mereka juga terancam desingan peluru. KBRI jelas tidak tahu keberadaan TKI gelap itu, dan mereka juga tidak pernah lapor ke KBRI. Sebab kalau lapor, alih-alih dilayani, mereka malah dianggap memalukan bangsa dan negara.

Jika memakai logika Fadli Zon, apabila semua WNI yang jumlahnya jutaan – baik di Malaysia, Timur Tengah atau negara-negara lain – lapor dan minta difasilitasi, betapa repotnya KBRI. Jangan-jangan kerja staf KBRI hanya bolak balik dari bandara ke tempat tujuan para WNI di luar negeri. Itu pun jelas tidak akan sanggup, baik dari sisi anggaran maupun tenaga. Entah berapa trilyun anggaran yang harus dimiliki untuk mengurus pekerjaan itu saja.

Tetapi mayoritas WNI yang pergi ke luar negeri kan bukan anggota DPR. Apalagi jabatannya Wakil Ketua DPR yang bisa memerintahkan Setjen DPR untuk menulis surat ke KBRI, minta agar dirinya atau keluarganya difasilitasi. Mayoritas WNI bukan saja tidak tahu bahwa tugas KBRI adalah memfasilitasi kepentingan WNI di luar negeri, tetapi sebagian besar memiliki kesadaran bahwa tugas KBRI bukan semata-mata seperti itu. Oleh karena itu janganlah dibebani lagi oleh tugas-tugas yang remeh temeh seperti melakukan penjemputan ke bandara atau melakukan pendampingan WNI selama di luar negeri. Sekali lagi, mayoritas WNI yang ke luar negeri sadar itu. Hanya anggota DPR aja kali yang tidak paham.

Namun setelah Fadli Zon membuka wawasan kita, apa salahnya sekali-kali jika kita ke luar negeri minta difasilitasi KBRI. Minimal minta dijemput dari bandara dan diantar ke tempat tujuan. Tidak apa-apa jika harus membayar sebagai pengganti ongkos bensin. Apalagi jika dibayar belakangan seperti yang dilakukan Fadli Zon. Dengan dijemput staf KBRI, kita bisa terhindar dari nasib buruk seperti yang dialami oleh Roy Marten atau Kemala Dahayu Larasati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun