Saat itu kami bertiga (Fathimah Muthmainnah, Luthfi Farihatun Nisa', dan Moh. Faisol Fahmi: Mahasiswa fakultas sastra Universitas Negeri Malang, delegasi Asistensi Mengajar Internasional AECI) sedang pergi ke suatu tempat untuk berwisata bersama ketiga delegasi mahasiswa dari Malaysia, dan juga beberapa guru Eakkapap Sasanawich Islamic School, Krabi, Thailand Selatan. Kemudian ternyata kami melewati klinik gajah yang membuat kami terkagum sekaligus terkaget mendengar dan melihatnya. Lalu tiba-tiba Ustadz Alan (Guru Eakkapap) menjelaskan kepada kami mengenai sejarah Thailand bisa dijuluki dengan Negeri Gajah dan sangat menghormati gajah, terutama gajah putih.
Ustadz Alan bahkan berkata bahwa masyarakat Krabi di Thailand ada yang memelihara gajah di rumahnya, dan itu diperbolehkan oleh kerajaan, bahkan difasilitasi untuk Kesehatan dan perawatan gajah. Namun tidak sembaran orang bisa langsung memelihara gajah begitu saja, melainkan harus mendapatkan izin terlebih dahulu, dan harga gajah bukanlah puluhan atau ratusan juta rupiah, melainkan bisa sampai miliyaran jika dirupiahkan untuk satu ekor gajah. Hebatnya warga Thailand adalah sangat menyayangi hewan, mereka paham bagaimana cara memperlakukan hewan dengan baik, dan sadar bahwa hewan tidak boleh disakiti.
Gajah putih dahulunya adalah penyelamat nyawa salah satu raja Thailand ketika sedang perang, menurut sejarah yang diceritakan oleh Ustadz Alan. Sehingga orang-orang Bhudha terutama sangat menghormati dan menjaga gajah putih. Bahkan ada tradisi dimana para budhis akan berjalan di bawah gajah sebagai bentuk penghormatan. Karena itu lah Thailand yang banyak melestarikan gajah atau dalam Bahasa Thailand disebut dengan "Chang" sangat dimuliakan, dan kini menjadi ikon negara Thailand itu sendiri. Banyak wisatawan yang senang membeli oleh-oleh bernuansa gajah ketika akan pulang ke negara asal setelah berwisata di Thailand.
