Mohon tunggu...
Teguh S
Teguh S Mohon Tunggu... Guru - Praktisi & Pemerhati Pendìdikan

Bukan generasi milenial, tetapi pendidik anak-anak zaman milenial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Hasil Assessment dan Habituasi Assessment Seorang Guru

14 Desember 2021   12:36 Diperbarui: 15 Desember 2021   17:02 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

     Tulisan ini diawali dengan ketertegunan penulis pada selembar daftar nilai (pengetahuan) milik seorang guru (rekan kerja penulis) yang semua nilainya jauh melampauai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Penulis tertarik untuk beropini dan ingin menyingkap kebiasaan (kecenderungan) sebagian guru pada saat menyusun daftar nilai. Penulis mengangkat isu kebiasaan (kecenderungan) guru, karena kejadian yang sama berlangsung sejak pemberlakuan kurikulum 2013 yang menganut pembelajaran tuntas (mastery learning) dan KKM.

     Memang benar, pada pembelajaran tuntas (mastery learning) tidak dikenal pemeringkatan nilai, artinya nilai yang siswa raih tidak dibandingkan dengan nilai teman-temannya. Pendekatan penilaian tersebut menggunakan Pedoman Acuan Kriteria (PAK), yaitu nilai yang siswa raih dibandingkan dengan kriteria capaian kompetensi yang ditetapkan (KKM).

     Tulisan ini tidak bermaksud mempromosikan assessment of learning yang mengkultuskan nilai (angka). Memang benar, sejak pemberlakuan pembelajaran tuntas (mastery learning) guru harus memiliki mindset baru yaitu penilaian sebagai assessment as learning maupun assessment for learning, bukan assessment of learning. Sehingga guru dan siswa dapat melakukan feedback untuk perbaikan pembelajaran atas hasil assessment.

     Tulisan ini tidak akan melebar sampai ke analisis hasil penilaian, tidak juga merekomendasikan remedial dan pengayaan. Tulisan hanya dibatasi pada seputar nilai hasil assessment dan kebiasaan (kecenderungan) guru dalam menyusun daftar nilai tanpa memperhatikan perubahan KKM. Untuk keperluan itu, penulis menggunakan permainan loncat galah sebagai wahana ke arah tujuan penulisan.

Permainan loncat galah yang fair

     Suatu permainan loncat galah yang fair harus mempertimbangkan usia (tinggi badan) peserta permainan. Ketinggian galah antara peserta siswa SD/MI tentu berbeda dengan siswa SMP/MTs atau SMA/MA. Pada permainan loncat galah yang fair (mungkin) akan dijumpai tiga kelompok peserta, yaitu (1) kelompok peserta yang dengan mudah meloncat jauh tinggi di atas galah, (2) kelompok peserta yang dapat melampaui galah tetapi masih ada bagian tubuh yang menyentuh galah, dan (3) kelompok peserta yang sudah berkali-kali mencobanya tetapi selalu gagal.

     KKM atau Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) adalah "galah" yang dibuat guru pada kegiatan penilaian (assessment). KKM adalah suatu angka (galah) yang dikonstruksi oleh guru dengan mempertimbangkan berbagai unsur, antara lain karakteristik siswa (intake siswa), kondisi guru dan daya dukung sekolah/ madrasah, dan karakteristik matapelajaran (kompleksitas materi pelajaran). Proses pembentukan KKM dengan unsur-unsur pembentuknya hendaknya terbebas dari unsur subjektivitas guru (hendaknya transparan dan terukur).

     Seperti galah, KKM yang dikonstruksi melalui mekanisme riil tentu akan menghasilkan tiga kelompok siswa, yaitu (1) kelompok siswa yang dengan mudah meloncat jauh tinggi di atas KKM, (2) kelompok siswa yang dapat melampaui KKM tetapi masih menyentuh KKM, dan (3) kelompok siswa yang sudah berkali-kali mencobanya tetapi selalu gagal. Jika hasil penilaian menunjukkan semua nilai siswa meloncat tinggi di atas KKM, berarti ada yang salah pada mekanisme pengkonstruksian KKM.

     Beberapa pertanyaan yang layak dilontarkan, apakah KKM-nya terlalu rendah? Jika proses konstruksi KKM memperhatikan rata-rata intake siswa, seharusnya ada (beberapa) siswa yang tidak mampu melalui KKM. Apakah instrument penilaiannya terlalu mudah sehingga semua siswa dengan mudah dapat melampauinya? Jika KKM memperhatikan tingkat kesulitan materi, seharusnya ada beberapa bagian dari instrument penilaian yang tidak mudah dilalui siswa.

     Ketertegunan penulis pada selembar daftar nilai (pengetahuan) milik seorang guru (rekan kerja penulis) tersebut berubah menjadi keterusikan, karena pada semua PH (Penilaian Harian) nilai semua siswa jauh melampauai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

     Guru, selamat menyelenggarakan permainan loncat galah, permainan belum usai, dan sampul raport sudah jadi.

Slawi, Desember 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun